Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Tambang Ditenggarai Tak Jujur Bayar Pajak

Kompas.com - 28/10/2011, 09:12 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Pemerintah akan mengutak-atik lagi setoran pajak dari pertambangan. Pemerintah menengarai banyak perusahaan pertambangan tak jujur melaporkan kewajiban pajaknya. Alhasil, ini berpotensi merugikan negara.

Lewat Direktorat Jenderal Pajak, pemerintah berencana melakukan penghitungan (assessment) langsung pembayaran pajak perusahaan tambang. Pajak tak mau bergantung mengandalkan informasi dan laporan sendiri (self assessment) seperti yang berlaku selama ini. Cara ini memungkinkan pengusaha tidak melaporkan secara benar jumlah produksi dan pendapatan mereka.

Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany mengakui, banyak perusahaan tambang belum membayar pajak. "Kami juga tidak yakin sudah memajaki seluruh perusahaan tambang," ujarnya, Kamis (27/10/2011). Kata Fuad, minimnya data produksi perusahaan tambang yang dimiliki Ditjen Pajak menyebabkan pajak kesulitan menghitung potensi kerugian negara akibat ulah perusahaan tambang itu.

Namun, sumber KONTAN di Ditjen Pajak mengatakan, potensi kerugian negara akibat perusahaan tambang yang belum menyetor pajak sekitar 20 persen-30 persen dari nilai penerimaan negara dari sektor ini.

Sebagai gambaran, tahun lalu, penerimaan negara dari pajak pertambangan plus penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor pertambangan mencapai Rp 51,6 triliun. Bila hitungan Ditjen Pajak benar, maka potensi kerugian 30 persen, pajak pertambangan yang belum dibayar sebesar Rp 15 triliun per tahun.

Nilai kerugian itu bersumber dari selisih harga jual produk tambang ke luar negeri. Ambil contoh batubara. Menurut sumber yang sama, banyak perusahaan tambang menjual batubara lokal berkalori tinggi dengan harga batubara berkalori rendah. "Mereka menjual ke anak usaha perusahaan tambang yang ada di luar negeri," ujar sumber itu. Dampaknya, pendapatan perusahaan pun mini.

Celakanya, Ditjen Pajak kesulitan mendapatkan data riil produksi tambang. Pengusaha tambang selalu mengklaim kalau produksi mereka sesuai persetujuan Kementerian ESDM. Makanya, Ditjen Pajak akan menyewa perusahaan survei untuk menghitung produksi perusahaan tambang.

Aparat pajak juga tengah berusaha mengakses langsung rekening perusahaan di bank. "Dari situ akan jelas semuanya," tandas Mekar Satria Utama, Kepala KPP Wajib Pajak Besar Satu.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Bob Kamandanu tak keberatan bila Ditjen Pajak menghitung langsung pajak pertambangan. Ia yakin 70 anggota APBI sudah taat membayar pajak. (Narita Indrastiti, Muhammad Yazid, Umar Idris/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Whats New
Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Strategi BSI Hadapi Era Biaya Dana Mahal Imbas Kenaikan Suku Bunga Acuan

Strategi BSI Hadapi Era Biaya Dana Mahal Imbas Kenaikan Suku Bunga Acuan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com