Peluang pasar yang begitu besar tersebut juga diakui oleh Direktur Pemasaran Luar Negeri Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung. "Potensi ekspor ikan sidat terutama ke Macau, Taiwan, Jepang, China, Hong Kong, Eropa, dan Amerika," ujarnya beberapa waktu lalu.
Harga ikan sidat pun lumayan menggiurkan. Jenis Anguilla bicolor misalnya, dihargai Rp 60.000-Rp 70.000 per kg. Sedangkan Anguilla marmorata dibanderol seharga Rp 100.000-Rp 120.000 per kg.
Nanang mengatakan, selama ini, Fishindo Lintas mengekspor ikan sidat ke kawasan Asia timur khususnya ke Jepang. Setiap tahun, permintaan ikan sidat dari Negeri Sakura itu mencapai 600 ton. Namun, karena masih menggantungkan produksi pada hasil tangkapan alam, Fishindo Lintas hanya mampu memenuhi 500 kg-1 ton ikan sidat per bulan.
Demi meningkatkan bisnis, Selain mengekspor ikan sidat dalam kondisi hidup, Fishindo Lintas juga bekerjasama dengan perusahaan Jepang untuk melakukan pengiriman dalam bentuk sidat olahan seperti kabayaki dan shirayaki. "Sebab, jika langsung mengekspor sidat dalam bentuk hidup, risiko kematiannya tinggi," terang Nanang.
Untuk meningkatkan produksi ikan sidat, sebetulnya Indonesia bisa meniru China yang tergolong lebih maju dalam pembudidayaan ikan sidat. Menurut Nanang, China sudah memiliki delapan tempat budidaya unagi yang terintegrasi, mulai dari pemeliharaan sampai ekspor. (Handoyo/Kontan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.