JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyebutkan likuiditas rupiah dalam jumlah yang cukup bahkan lebih. Hal ini ditandai oleh sejumlah indikator, salah satunya bunga pasar uang antar bank (PUAB) yang rendah.
"Ingin saya tegaskan bahwa kondisi likuiditas khususnya rupiah dalam jumlah yang cukup bahkan kita masih mengalami ekses likuiditas di perbankan kita," ujar Perry menanggapi sejumlah isu bahwa perbankan nasional mengalami kekeringan likuiditas, kepada sejumlah wartawan, di Gedung Bank Indonesia, Selasa (29/11/2011).
Dalam membuktikan hal itu Perry mengungkapkan beberapa indikator. Pertama, indikator harga yakni melihat apakah di pasar uang terjadi pengetatan likuiditas yang dikaitkan dengan suku bunga.
Untuk ini, Perry menyebutkan, misalnya rata-rata suku bunga PUAB Overnight berada pada kisaran 4, 54-4 ,57 persen pada posisi terakhir. Sedangkan, suku bunga rata-rata hariannya yaitu 4,55 persen. Ini adalah suku bunga yang sangat rendah. "Ini suku bunga PUAB Overnight itu juga mengikuti penurunan BI Rate (suku bunga acuan BI) yang terakhir turun dengan 50 basis poin," tambah Perry.
Sementara itu, pada Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR), struktur suku bunga dalam berbagai tenornya masih cenderung turun mengikuti kebijakan suku bunga acuan BI. Data terkini, JIBOR overnight sebesar 4,59 persen. JIBOR overnight untuk satu minggu sebesar 4,69 persen, satu bulan sebesar 5,02 persen, 3 bulan sebesar 5,36 persen, 6 bulan sebesar 5,6 persen, dan 1 tahun sebesar 6 persen. "Itu kita bandingkan, itu juga mengalami penurunan setelah adanya penurunan BI Rate yang lalu," ungkap Perry.
Indikator kedua untuk melihat likuditas rupiah yakni jumlah alat likuid yang dimiliki oleh perbankan. Ia menuturkan, sejumlah ukuran dalam indikator ini yaitu berapa giro pada BI, berapa penempatan bank-bank pada BI, dan penempatan mereka pada SUN (Surat Utang Negara).
Ia menyebutkan, jumlah alat-alat likuid yang dimiliki perbankan nasional cukup besar. Pada 4 November, total giro bank-bank pada BI sebanyak Rp 195,5 triliun. Sementara itu, penempatan pada berbagai instrumen BI baik itu SBI (Sertifikat Bank Indonesia) hingga term deposit sebesar Rp 310 ,5 triliun. Sedangkan, penempatan bank-bank pada SUN adalah Rp 268 ,3 triliun. "Secara total alat-alat likuid yang dimiliki perbankan sebesar Rp 774 ,2 triliun," sebut dia.
Menurut Perry, alat likuid ini merupakan jenis aset yang dimiliki bank yang bisa digunakan untuk ekspansi kredit ataupun kegiatan usaha lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.