Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Harga Sudah Lama Diusulkan

Kompas.com - 13/02/2012, 10:46 WIB
Orin Basuki

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Sikap pemerintah terhadap konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi mendorong peneliti dari Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, meneliti respons masyarakat atas penggunaan bakar bakar.

Studi ini berusaha menggali penurunan subsidi bahan bakar minyak dalam perspektif rumah tangga.

Demikian diungkapkan Ketua Tim Peneliti Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB), Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB), Universitas Gadjah Mada (UGM) Rimawan Pradiptyo dalam siaran pers dari Yogyakarta, Senin (13/2/2012).

Menurut Rimawan, penelitian ini merupakan kerja sama antara P2EB FEB-UGM dengan The Economy and Environmental Programs for South East Asia (EEPSEA), Kanada. Studi ini termotivasi oleh ketidaktegasan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan subsidi bahan bakar minyak dan pentingnya mengetahui respons masyarakat.

”Permasalahan mengenai pengaturan konsumsi BBM kembali mengemuka ketika Undang-Undang APBN 2012 yang disahkan DPR mengamanatkan pengaturan konsumsi BBM mulai 1 April 2012,” ujarnya.

Selain Rimawan, tim peneliti beranggotakan Gumilang Aryo Sahadewo. Rimawan sendiri merupakan salah satu anggota tim peneliti FEB UGM yang terlibat aktif dalam penelitian konsorsium tiga universitas pada tahun 2011, yakni UGM, Universitas Indonesia (UI), dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

Saat itu pemerintah menginginkan kajian penurunan subsidi BBM melalui pembatasan maupun pengaturan konsumsi BBM. Meski demikian, tim peneliti konsorsium UGM-UI-ITB menyarankan peningkatan harga BBM secara gradual sebesar Rp 500 per liter sebagai rekomendasi utama.

Rekomendasi tersebut didasarkan pada hasil analisis yang mendalam dan temuan di lapangan. Hasilnya menunjukkan kebijakan pembatasan maupun pengaturan konsumsi BBM memiliki biaya sosial yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan harga BBM bersubsidi secara gradual sebesar Rp 500 per liter.

”Idealnya, momentum terbaik kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan April 2011, mengingat inflasi tercatat paling rendah pada bulan tersebut dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, pemerintah melewatkan momentum tersebut dan tidak mengambil keputusan apa pun terkait subsidi BBM hingga akhir tahun 2011,” tutur Rimawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com