Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Mulai Lirik Laut

Kompas.com - 28/02/2012, 02:29 WIB

Singapura, Jumat - Kondisi laut yang merupakan pemangku sekian banyak fungsi lingkungan dan ekonomi telah memicu kekhawatiran Bank Dunia. Untuk itu, Bank Dunia akan membantu program konservasi laut demi pencapaian keuntungan ekonomi dari manfaat dan jasa lingkungan laut.

Presiden Bank Dunia Robert Zoellick, akhir pekan lalu, di Singapura, dalam konferensi konservasi laut menyatakan hal tersebut. Disadari bahwa kondisi laut kini terancam oleh eksploitasi berlebihan, sementara pantai telah terdegradasi, dan terumbu karang terancam naiknya temperatur bumi serta polusi berlebihan. ”Kita butuh SOS (Save Our Seas—Selamatkan Laut Kita),” ujar Zoellick, Jumat (24/2), di Singapura.

Ada kesadaran kuat bahwa laut adalah darah kehidupan di planet dan ekonomi global.

Kerja sama kemitraan ini rencananya beranggotakan negara- negara, pusat-pusat ilmu pengetahuan, lembaga nonpemerintah, organisasi internasional, berbagai yayasan, dan sektor swasta.

”Kami menargetkan bisa menyalurkan sebanyak 1,2 miliar dollar AS untuk menopang laut yang sehat dan berkelanjutan,” ujar Zoellick.

Peserta konferensi memahami nilai keseluruhan laut dari kekayaannya dan jasa lingkungannya. Laut merupakan sumber oksigen utama, mengatur iklim global. Di garis pantai, mangrove, terumbu karang, dan gambut merupakan pelindung pantai yang dihuni manusia dari tsunami, badai.

Tujuan dari penyelamatan laut antara lain memulihkan separuh dari stok ikan dunia yang kini berkurang banyak. Sekitar 85 persen perikanan tangkap sudah amat tereksploitasi, dieksploitasi berlebihan, atau kurang dari perkiraan. ”Kita harus meningkatkan keuntungan bersih tahunan dari perikanan tangkap ke area 20 miliar dollar AS-30 miliar dollar AS. Kami memperkirakan perikanan dunia sekarang merugi sekitar 5 miliar dollar AS per tahun,” kata Zoellick.

Peserta konferensi memandang, dengan konservasi dan manajemen sumber daya laut yang baik, mereka bisa mendapat dividen jangka panjang. Namun, dari kaca mata ahli ekonomi dan bankir, mereka berpikir untuk memberikan nilai pada ”kapital alamiah” (natural capital) laut.

”Kunci sukses kerja sama dalam kemitraan ini adalah adanya mekanisme pasar baru yang memberi nilai baru pada alam dan bisa menarik sumber keuangan swasta,” ujar Abyd Karmali, Kepala Pasar Karbon Bank of America Merrill Lynch. Dia merujuk hutan mangrove yang kaya akan karbon pada rumputan dasar laut dan kemungkinan ofset karbon jika itu dikonservasi. (ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com