Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulihan Ekonomi Jepang Terhadang Krisis Eropa

Kompas.com - 27/03/2012, 08:00 WIB
Anastasia Joice

Penulis

Mencermati pergerakan yen terhadap dollar AS mulai dari tahun 2000-an, maka dapat diketahui bahwa posisi mata uang Jepang tersebut kian mendominasi. Terutama seiring dengan kian kompleksnya persoalan utang yang melanda kawasan benua Eropa. Ditambah lagi dengan kencangnya isu perlambatan ekonomi yang berhembus akibat problem di zona euro hingga semakin memberatkan langkah Tokyo untuk bangkit dari keterpurukannya. Skenario terburuk pun telah siap dihadapi otoritas Jepang, apabila resiko pelemahan ekonomi meningkat.

Adapun langkah yang harus sesegera mungkin dipersiapkan adalah stabilisasi sistem keuangan. Hal ini dikarenakan yang menanggung segala resiko akibat masalah krisis utang Eropa adalah bank sentral. Bahkan, efek negatif masalah utang di zona euro tak hanya berdampak serius terhadap pasar keuangan dan ekonomi global, tapi juga pada sistem dan kondisi keuangan negara Jepang. Sementara, langkah Bank of Japan (BOJ) memberlakukan target inflasi sebesar 1 persen dibarengi dengan ekspansi pembelian aset sebesar 10 triliun yen hingga total pembelian aset menjadi sebesar 65 triliun yen sempat mengejutkan pasar. Terlebih tujuan bank sentral Jepang tersebut adalah demi penyelamatan ekonomi Negeri Matahari Terbit. Reputasi BOJ terancam di tengah indikasi merosotnya perekonomian negara Kaisar Akihito.

Posisi Jepang di mata dunia

Penegasan peringkat AA- Jepang oleh S&P akhir Februari lalu memunculkan ancaman tekanan fiskal lebih lanjut. Memang, dalam hal posisi aset eksternal Tokyo dinilai solid. Apalagi sistem keuangan negara saudara tua Indonesia ini relatif bagus. Tapi, penelusuran lebih lanjut akan menemukan hasil bahwa fleksibilitas fiskal terus menunjukkan penurunan. Berkepanjangannya deflasi yang menimpa Jepang di tengah faktor penurunan populasi beserta level utang yang tinggi berpeluang membawa Negeri Matahari Terbit tak beranjak dari peringkat kredit berprospek negatif.

Mata uang yen merupakan instrumen devisa internasional. Pemerintah Jepang masih bergulat dengan proposal kenaikan pajak penjualan nasional guna penyelamatan perekonomian negaranya. Bahkan, alokasi dana baru diperlukan otoritas guna menutup beban anggaran layanan sosial yang terus meningkat seiring melonjaknya populasi. Sedangkan ketiga lembaga pemeringkat ternama dunia (Fitch, Moody’s dan S&P) sejauh ini memberikan rating yang sama terhadap kualitas kredit Jepang. Posisi Aa3 oleh Moody’s dan AA- oleh Fitch Rating. Jepang pun telah menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi negaranya menjadi 2 persen dibandingkan estimasi di Bulan Oktober 2011 silam yang mencapai 2,2 persen.

Keputusan ini terkait erat dengan perlambatan permintaan luar negri serta kokohnya nilai tukar yen. Kecamuk problema utang yang masih terus membayangi negara-negara anggota zona euro nampaknya bakal terus menghadang pemulihan ekonomi Jepang. Terlebih sektor perbankan Jepang memiliki keterkaitan yang erat dengan anggota zona euro. terutama dengan Irlandia (19,6 miliar dollar AS), Spanyol (24,7 miliar dollar AS) dan yang terbesar dengan Itali (36,4 miliar dollar AS). Inilah salah satu ancaman terbesar yang bisa membawa Tokyo ikut terbebani oleh Europe’s sovereign debt crisis.

Oleh karena itulah, perjuangan otoritas Jepang menyelamatkan perekonomian negara memerlukan dukungan dari semua pihak, baik internal maupun eksternal.  (Apressyanti Senthaury – Treasury Research Analyst BNI)

*Tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com