Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Perlu Dijaga untuk Menarik Investasi

Kompas.com - 07/05/2012, 03:13 WIB

Jakarta, Kompas - Penanaman modal asing akan sangat atraktif masuk ke Indonesia karena meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah. Begitu juga dengan portofolio pasar keuangan yang masih sangat disukai kendati harganya relatif mahal dibandingkan dengan tahun 2009.

Ekonom Standard Chartered Indonesia, Eric Sugandi, memaparkan, penanaman modal asing (PMA), seperti halnya penanaman modal dalam negeri, sangat menimbang inflasi. Karena itu, pengendalian inflasi sangat penting untuk menarik investasi. ”Namun, secara keseluruhan, PMA tahun ini akan meningkat dibandingkan dengan tahun lalu,” katanya kepada Kompas di Jakarta, Sabtu (5/5).

Proyeksi Bank Indonesia (BI), investasi langsung tahun ini akan berkisar 14,1 miliar dollar AS hingga 14,6 miliar dollar AS. Portofolio sampai akhir tahun ini akan mencapai 4,8 miliar dollar AS sampai 5,4 miliar dollar AS. Inflasi diperkirakan pada kisaran 3,5 persen-5,5 persen.

Dengan kondisi kelas menengah meningkat—yang mendorong pertumbuhan konsumsi—PMA akan meningkat di bidang manufaktur, khususnya yang berorientasi ritel untuk pasar domestik. Selain itu, kata Eric, PMA untuk sektor transportasi, komunikasi, pertambangan, dan perkebunan juga diperkirakan meningkat.

Menurut Eric, peran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan PMA sangat penting. Misalnya, dalam birokrasi perizinan, kepastian hukum, dan biaya yang jelas tanpa pungutan tak resmi. Undang-Undang Pengadaan Tanah untuk Pembangunan akan berdampak penting jika sudah ada aturan lebih lanjut untuk implementasinya.

Dari sisi portofolio pasar keuangan, Eric menilai, permintaan terhadap portofolio keuangan Indonesia masih cukup baik meskipun, jika dibandingkan tahun 2009, imbal hasil portofolio saat ini lebih kecil sehingga harganya menjadi lebih mahal. ”Dengan harga bahan bakar minyak tidak naik, defisit anggaran masih tetap di bawah 3 persen,” kata Eric.

Catatan Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti, akhir pekan lalu, kepemilikan asing terhadap obligasi pemerintah turun sebesar Rp 228,8 triliun. Jika dihitung sejak awal tahun, tercatat total dan masuk Rp 5,9 triliun.

Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan terapresiasi dalam beberapa waktu mendatang. Eric menjelaskan, ada beberapa alasan yang mendasari kondisi itu.

”Fundamental ekonomi yang baik, pendapatan korporasi yang meningkat, dan daya beli yang terus tumbuh akan mendorong kondisi itu,” kata Eric.

Pekan lalu, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI Perry Warjiyo juga menyampaikan optimismenya bahwa nilai tukar rupiah akan menguat dalam beberapa bulan mendatang. Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selama beberapa waktu terakhir melemah, antara lain akibat kebutuhan dollar AS yang meningkat.

Menurut Destry, rupiah pada akhir pekan lalu sebesar Rp 9.219 per dollar AS. ”Terdepresiasi 0,3 persen dibandingkan awal bulan atau 1,7 persen dibandingkan awal tahun,” kata Destry. (IDR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Pertamina Geothermal Kantongi Laba Bersih Rp 759,84 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Ekspansi Pabrik Terealisasi, Emiten Alat Kesehatan OMED Catat Laba Bersih Rp 63,5 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 3 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

PermataBank Cetak Laba Bersih Rp 807,3 Miliar per Maret 2024

Whats New
Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Harga Saham BNI Turun hingga 8 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com