Jakarta, Kompas
Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan serta Konservasi Energi (EBTKE) Djadjang Sukarna memaparkan dalam jumpa pers tentang Indonesia EBTKE Conference and Exhibition 2012, Kamis (24/5), di Jakarta. Ajang tersebut akan diadakan 17-19 Juli 2012.
Potensi geotermal 29 gigawatt saat ini baru digunakan 1.200 MW. Eksploitasi geotermal mulai banyak dilakukan tahun lalu setelah keluar peraturan menteri keuangan yang mewajibkan PLN membeli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTPB), yang berharga di bawah 9,7 sen dollar AS per kilowatt jam. Sebelum peraturan menteri itu keluar, pengusahaan PLTPB tertunda 7 tahun sejak keluarnya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang panas bumi.
Tahun ini beroperasi PLTPB di Ulubelu, Lampung, berkapasitas 110 MW dan PLTP di Ulumbu, Flores, Nusa Tenggara Timur, berkapasitas 5 MW. Hingga tahun 2015 diproyeksikan pembangunan di 32 lokasi dengan total kapasitas 2.175 MW.
Sampai tahun 2015, dari sumber air terpasok listrik 1.717 MW, biomassa (787 MW), PLT Surya (753 MW), PLT Bayu (735 MW), dan PLT Laut (2,2 MW).
Sampai tahun 2025, kata Djadjang, pihaknya akan terus meningkatkan pemakaian energi terbarukan hingga 25 persen.
Menurut Yani Witjaksono, dari Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, pengembangan ”Energi Hijau” ini diproyeksikan mereduksi emisi gas rumah kaca 26 persen pada tahun 2020. Hal ini tercapai karena pengembangan EBT mengurangi penggunaan energi fosil yang polutif.