Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menegakkan Tulang Punggung Pangan

Kompas.com - 03/06/2012, 16:38 WIB
Hermas Effendi Prabowo

Penulis

Penggunaan pupuk urea ataupun pupuk majemuk NPK sangat signifikan dalam peningkatan produksi pangan, seperti beras, jagung, dan kedelai. Juga produktivitas tanaman tebu dan komoditas perkebunan. Tanpa menggunakan pupuk sama sekali, maksimal produktivitas padi hanya bisa mencapai 3 ton gabah kering panen (GKP) per hektar. Apalagi sekarang ketika tingkat kesuburan lahan juga berkurang, produktivitas akan jauh lebih rendah.

Dengan produktivitas per hektar yang rendah, produksi beras juga berkurang. Sementara kebutuhan beras terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi per kapita beras juga masih tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan, pilihannya impor.

Dengan mengimpor, berapa besar devisa negara yang akan berkurang. Perhitungannya sederhana. Harga beras di pasar dunia sekarang sekitar 500 dollar AS per ton. Untuk impor 1 juta ton, butuh devisa 500 juta dollar AS. Kalau produksi turun karena petani tidak menggunakan pupuk, berapa besar devisa yang terbuang. Dengan tetap menggunakan pupuk saja, impor beras tahun lalu mencapai 1,8 juta ton. Perhitungan kami, sejak 2003 hingga 2011, peningkatan nilai komersial komoditas pangan mencapai Rp 292,57 triliun, dengan total besar subsidi Rp 77,73 triliun.

Dengan pupuk, devisa bisa diselamatkan dan nilai tambah didapat. Tantangannya apa?

Amerika Serikat membangun pabrik pupuk berbasis sel gas, dengan harga bahan baku hanya 2,8 dollar AS per MMBTU. China berbasis batubara dengan teknologi gasifikasi. Swasta juga mulai giat berinvestasi di pupuk NPK. Bahkan, pangsa pasar swasta di pasar pupuk komersial sekarang jauh lebih besar dari industri pupuk BUMN.

Di sisi lain, industri pupuk BUMN belum bisa mendapatkan kepastian bahan baku gas dalam jangka panjang, misalnya sampai 25 tahun ke depan, karena harga gas di pasar ekspor lebih menarik. Harga bahan baku gas bagi industri pupuk juga mahal. Keinginan untuk membeli lahan konsesi batubara ataupun gas juga tidak mudah karena sudah dikapling-kapling.

Di tengah persoalan itu, kebutuhan pupuk nasional terus meningkat. Tahun 2011, alokasi pupuk urea untuk sektor pangan saja sebanyak 5,1 juta ton. Pengembangan pangan skala luas (food estate) membutuhkan lebih banyak pupuk. Pasar pupuk komersial untuk subsektor perkebunan juga besar dan terus meningkat.

Bagaimana komunikasi dengan pemerintah?

Komunikasi terus dilakukan, tetapi kenyataannya tidak mudah. Kita berharap ada alokasi khusus kepada industri pupuk untuk memberi jaminan berproduksi.

Dari lingkup korporasi, apa yang dilakukan?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com