Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bondan: Wisata Kuliner Masih Disepelekan

Kompas.com - 18/06/2012, 07:10 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

CIANJUR, KOMPAS.com — Kuliner selalu disepelekan sebagai promosi pariwisata maupun produk pariwisata di Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Bondan Winarno, seorang pakar kuliner dan pengusaha kuliner. Padahal, lanjutnya, kuliner merupakan produk wisata yang paling siap di Indonesia.

“Saya bisa membuatkan daftar makanan maknyus di Semarang. Tiga hari tiga malam sudah kekenyangan, tapi daftarnya belum habis,” kata Bondan pada saat "Lokakarya Perspektif Pengembangan dan Promosi Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Even" di Via Renata Hotel, Cimacan, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (16/6/2012).

Ia memberi contoh negara Thailand yang membuat program promosi pariwisata melalui pendekatan kuliner, yaitu "Thai Kitchen to The World". Dengan program tersebut, restoran-restoran Thailand di berbagai negara di dunia makin banyak bermunculan. Sehingga, walau tak ke Thailand, orang-orang seluruh dunia dapat merasakan masakan Thailand.

"Orang London misalnya, jadi suka makan makanan Thailand. Lalu berpikir musim panas nanti mau liburan ke Thailand, sebab makan di tempat aslinya tentu lebih enak. Akhirnya jadi berdampak ke pariwisata," jelas Bondan.

Bondan juga menuturkan kalau seorang wisatawan yang tukang makan, pastilah mencari tempat makan yang bagus. "Jadi, jangan sepelekan kuliner karena itu tujuan minat orang untuk kuliner," ungkap Bondan.

Bondan menuturkan, tahun lalu di bulan September, situs berita CNNGo.com mengumumkan rendang padang sebagai makanan terlezat di dunia. Menurut Bondan, Indonesia diuntungkan karena hal tersebut. Namun, lanjutnya, apa yang telah diperbuat oleh orang Indonesia sehingga layak mendapatkan predikat tersebut?

"Nothing (tidak ada). Kita itu untung kok tiba-tiba bisa masuk ke polling CNNGo.com. Kita enggak pernah melakukan promosi pada rendang padang. Dia itu cuma polling saja. Mereka punya polling baru sekarang," katanya.

Menurut Bondan, lama-lama bisa jadi rendang sudah tidak dibicarakan lagi alias menghilang begitu saja. Sebab, tambahnya, Indonesia tidak mempromosikannya.

Oleh karena itu, Bondon menilai Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah benar dengan melakukan fokus pengembangan wisata kuliner. Kemenparekraf memang tengah mengembangkan wisata minat khusus yang dibagi ke tujuh tematik wisata, salah satunya adalah wisata kuliner.

Sebelumnya, menurut Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparekraf, Firmansyah, ada dua kriteria kuliner, yaitu kuliner heritage (warisan) dan kuliner khas suatu daerah. "Kuliner heritage ini yang dimakan sejak masa raja-raja zaman dulu, tapi menunya tak pernah berubah sampai sekarang," jelas Firmansyah.

Pihaknya tengah memetakan kuliner yang menjadi unggulan masing-masing provinsi. Selain itu, lanjut Firmansyah, perlunya standardisasi masakan Indonesia.

"Perlu juga masakan itu dimodifikasi untuk menjadi sesuai taste di lidah orang asing. Misalnya, gimana rendang dibuat supaya tidak terlalu pedas karena orang luar tidak kuat makan pedas," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Whats New
SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com