Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arahkan Kredit ke Infrastruktur

Kompas.com - 29/06/2012, 03:23 WIB

Jakarta, Kompas - Pertumbuhan kredit perbankan akan berdampak signifikan terhadap perekonomian jika kondisi infrastruktur mendukung. Terutama, dukungan untuk memperkuat sektor produksi, bukan hanya distribusi barang konsumsi hasil impor.

Jika infrastruktur tidak mendukung, yang terjadi adalah ancaman pertumbuhan ekonomi yang terlalu panas (overheating). Sejauh ini, infrastruktur masih jauh dari cukup untuk dukung pertumbuhan ekonomi.

Meski demikian, cukup tingginya kredit ke sektor perdagangan membutuhkan infrastruktur yang memadai untuk melancarkan arus distribusi. Selain itu, juga untuk meningkatkan kemampuan produksi barang.

”Jika tidak ada dukungan ke arah produksi, yang terjadi adalah kredit hanya bergerak di tangan pedagang yang mengimpor barang konsumsi, kemudian menyebarkannya ke sejumlah daerah,” kata Kepala Ekonomi Bank Mandiri Destry Damayanti di Jakarta, Kamis (28/6).

Kredit perbankan pada pertengahan Juni 2012 tumbuh 28 persen dibandingkan dengan Juni 2011. Seperti dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad, pertumbuhan tinggi terjadi pada kredit investasi dan kredit modal kerja. Sebaliknya, pertumbuhan kredit konsumsi tidak terlalu tinggi.

Menurut Destry, secara umum pertumbuhan kredit untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebesar 1,5 atau dua kali produk domestik bruto (PDB) nominal. Diasumsikan, pertumbuhan ekonomi tahun ini 6,5 persen dan inflasi 5,5 persen, atau secara total 12 persen. Dengan demikian, pertumbuhan kredit dua kalinya, atau 24 persen, masih optimum.

Selain itu, bukan hanya rasio kredit terhadap PDB yang harus dicermati, melainkan juga porsi kredit konsumsi harus dijaga agar tidak mendominasi. Saat ini, rasio kredit terhadap PDB sekitar 29,9 persen dengan porsi untuk konsumsi sekitar 30 persen.

”Kredit harus terus diarahkan ke sektor produktif agar jauh lebih baik,” kata Destry.

Impor masih kuat

Tinjauan Kebijakan Moneter Bank Indonesia triwulan I-2012 menyebutkan, impor pada triwulan II-2012 diperkirakan tetap kuat. Sebaliknya, pertumbuhan impor sedikit melambat akibat menurunnya impor bahan baku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com