Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani dan Industri Sebenarnya Mampu Produksi Raw Sugar

Kompas.com - 08/08/2012, 11:30 WIB
Dimasyq Ozal

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hingga saat ini, perusahaan gula rafinasi (gula khusus untuk keperluan industri makanan minuman) masih mengimpor bahan baku untuk pembuatan gula rafinasi, yakni gula mentah (raw sugar) dari Thailand dan Australia. Pasalnya, domestik memang belum mampu menyediakannya.

Peneliti di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, Aris Toharisman mengatakan, industri domestrik sebenarnya mampu untuk produksi gula mentah, akan tapi margin keuntungan yang mereka dapatkan dianggap lebih rendah bila dibandingkan produksi gula rafinasi maupun gula kristal putih konsumsi.

"Mereka itu sebenarnya mampu, tapi tidak dilakukan karena umumnya raw sugar lebih murah bila dibandingkan kalau misalnya diproduksi sendiri," ujarnya ditemui di Jakarta, Selasa, (7/8/2012) malam.

Selain itu, petani tebu pun tidak mau tebunya dijadikan untuk bahan baku pembuatan raw sugar. Menurutnya, mereka pun akan merugi karena harga beli tebunya lebih rendah bila dibandingkan jenis gula yang lain.

Ia mengatakan, ada bisnis manis untuk gula jenis ini. Raw sugar menjadi komoditi yang diperdagangkan secara global dengan jumlah sekitar 50 juta ton per tahun. Untuk kebutuhan industri domestik saja, kebutuhan gula rafinasi untuk sebanyak 2,5 juta ton. Sekalipun untuk pasar industri, namun angka tersebut hampir setara dengan kebutuhan gula konsumsi nasional yang mencapai 2,7 juta ton.

Pada 2006-2007 terjadi peningkatan impor raw sugar paling besar. Penyebabnya, produktivitas gula rafinasi meningkat guna memenuhi kebutuhan industri dalam negeri.

Lalu, pada 2012, pemerintah menetapkan kuota impor bahan baku gula rafinasi tersebut sebanyak 2,1 juta ton. Ada pengurangan 300.000 ton dari tahun 2011. Ini disebabkan, pemerintah memandang gula refinasi sebagai penyebab menurunnya harga gula nasional karena merembes ke pasar-pasar umum. Padahal, yang boleh masuk ke sana hanya lah gula yang sering kita ketemui, yakni gula kristal putih.

Kendati dengan harga sama bahkan lebih rendah dan kualitas kejernihan larutan gula rafinasi lebih baik dari gula kristal, otomatis masyarakat pun bakal memilih yang terbaik. Ini yang dikhawatirkan pemerintah bakal membuat petani tebu dan industri gula kristal domestik bakal merugi.

Untuk diketahui, gula mentah atau raw sugar, sama halnya dengan gula pasir atau kristal putih berasal dari tebu. Hanya saja, pada proses pembuatannya, tidak melalui proses pemutihan dengan belerang sehingga warna dasar dari raw sugar pun agak kecokelatan. Lalu unsur warna raw sugar tersebut dipisahkan tanpa zat pemutih dengan menggunakan mesin, steam, centrifugal, dan teknologi. Hasilnya, menjadi gula yang bersih, bening, dan alami disebut gula rafinasi.

"Gula rafinasi dari raw sugar benar-benar halus, putih dan lebih bersih. Gula pasir biasa saat diseduh air panas, masih menimbulkan bekas gula di dasar wadah, sementara rafinasi tidak demikian. Selain itu, hanya jenis rafinasi, gula yang dapatkan sertifikat SNI dan ISO," papar Aris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com