Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi Jabar Tolak Bandara di Karawang

Kompas.com - 31/08/2012, 17:18 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah pusat didesak membatalkan rencana pembangunan bandara di Karawang, Jawa Barat. Pasalnya, jika rencana itu direalisasikan dinilai akan berdampak semakin rusaknya kondisi lingkungan di Karawang.

Desakan itu disampaikan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat Dadan Ramdan dalam siaran pers yang diterima, Jumat (31/8/2012), menyikapi rencana pembangunan bandara di Karawang pada 2015.

Dadan mengatakan, lingkungan hidup di wilayah Karawang semakin parah setelah lahan pertanian produktif terus dialihfungsikan menjadi kawasan pabrik, jalan tol, dan lainnya. Saat ini, kata dia, hanya sekitar 94.000 hektar lahan pertanian yang tersisa.

Adapun luas hutan negara sebagai kawasan lindung yang tersisa, kata Dadan, hanya sekitar 15.865 hektar atau sekitar 9,05 persen dari total luas wilayah Kabupaten Karawang. Padahal, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan minimal kawasan lindung yakni 30 persen dari total wilayah.

"Artinya kawasan lindung yang harus tersedia minimal 52.598 hektar. Kabupaten Karawang masih kekurangan sekitar 38.000 hektar kawasan lindung," kata Dadan.

Selain mengancam lingkungan, tambah Dadan, pembangunan bandara di Karawang juga melanggar Perda Nomor 22 Tahun 2010 tentang RTRW Jawa Barat tahun 2009-2029. Dalam Perda itu, kata dia, Karawang tidak diperuntukkan bagi pembangunan bandara.

"Oleh karena itu, rencana pemerintah pusat untuk membangun bandara di Karawang selayaknya dibatalkan. Pemerintah pusat seharusnya lebih memihak kepada kepentingan ekologi dan masyarakat Jawa Barat," pungkas dia.

Seperti diberitakan, pembangunan bandara di Karawang masih terhambat masalah lahan lantaran masih sengketa dengan Perum Perhutani. Sebanyak 80 persen lahan untuk bandara masih dimiliki oleh Perum Perhutani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com