Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arus Barang dan Modal Pacu Pertumbuhan Investasi Indonesia

Kompas.com - 27/10/2012, 12:54 WIB

Lesunya perekonomian global mengakibatkan ekspor melemah, sementara pertumbuhan industri domestik yang kuat menyebabkan impor tetap kuat. Hal tersebut menjadi penyebab terjadinya neraca perdagangan negatif yang dialami Indonesia pada bulan April hingga Juli 2012. Namun, pada bulan Agustus dan September, neraca perdagangan kembali menunjukkan angka positif.

“Yang menggembirakan adalah dalam 4 bulan berturut-turut kita mengalami defisit perdagangan, tapi Agustus hingga September kita sudah surplus,” kata Menko Perekonomian, Hatta Rajasa.

Diperkirakan angka neraca perdagangan akan tetap positif hingga akhir tahun 2012. Secara keseluruhan, neraca perdagangan tahun 2012 masih positif, sehingga dapat mendorong peningkatan devisa. Nilai cadangan devisa hingga bulan September diperkirakan akan mencapai angka US$ 110 miliar.

Tingkat impor yang tinggi didominasi oleh raw material (bahan baku) dan capital goods (barang modal) dengan persentase sebesar 93%. Sebaliknya, impor barang konsumsi terbilang kecil, yaitu 7%. Secara rata-rata, impor barang modal tumbuh sebesar 33,9% setiap bulannya, tepatnya mulai Januari hingga Agustus 2012, bila dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Sementara impor barang konsumsi hanya meningkat sebanyak 5,4% di periode yang sama. Hal ini menunjukkan besaran tingkat impor memacu investasi dan produktivitas industri dalam negeri untuk terus tumbuh dan berkembang. Produktivitas ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan tenaga kerja, sehingga lapangan kerja baru dapat tercipta. Dengan terciptanya lapangan kerja baru, maka diharapkan tingkat pengangguran di Indonesia akan menurun.

Tren investasi di Indonesia pada tahun 2012 terus meningkat secara berkesinambungan. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada bulan Januari - September 2012 adalah Rp 229,9 triliun yang merupakan peningkatan sebesar 27,0% dari periode Januari - September 2011 sebesar Rp 181,0 triliun. Nilai tersebut terdiri dari penanaman modal asing Rp 56,5 triliun dan penanaman modal dalam negeri Rp 26,2 triliun. Aktivitas investasi di Indonesia terus meningkat seiring dengan kestabilan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan Rp 5 triliun di tiap triwulan, dari triwulan I ke triwulan III.

“Jadi jika digabungkan dengan kondisi investasi kita, secara total kondisi current account Indonesia mengalami penurunan defisit, dari 3,1% menjadi 2,3%. (Kondisi) ini sangat bagus,” ujar Pak Hatta. Sampai dengan triwulan III 2012, sebagian besar investasi asing maupun dalam negeri masuk ke sektor industri sekunder, dengan nominal US$ 8,59 miliar untuk Penanaman Modal Asing (foreign direct investment/FDI) dan Rp 38,11 triliun untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (domestic direct investment/DDI). Nilai investasi dari Data BKPM tersebut belum termasuk sektor migas, perbankan, lembaga keuangan non-bank, asuransi dan industri rumah tangga.

Realisasi investasi yang ada di Indonesia mayoritas berada di daerah pulau Jawa, yaitu sekitar 53,5% atau Rp 122,9 triliun dari total investasi yang ada di Indonesia. Dari data tersebut terlihat bahwa investasi yang ada di Indonesia lebih terpusat di pulau Jawa. Oleh karena itu, untuk ke depannya investasi di Indonesia diharapkan terus meluas hingga luar pulau Jawa. Hal ini dikarenakan sumber daya yang tersedia di luar Jawa memiliki potensi untuk investasi yang sangat besar, sehingga nantinya akan lebih meningkatkan kondisi investasi dan perekonomian Indonesia.

Dalam rapat kinerja bidang perekonomian, Kepala BKPM Chatib Basri menyatakan optimismenya terhadap keberhasilan pencapaian target investasi Indonesia yang telah ditetapkan pada tahun ini. Hal tersebut juga turut didukung oleh tren dan pencapaian investasi yang telah terjadi hingga September 2012. Beliau juga menjelaskan terjadinya pergeseran investasi dari natural resources kepada manufaktur untuk industri kimia dan mineral dan logam seperti keramik, semen dan pasir, serta transportasi.
 
Kendala yang masih sering dihadapi dalam peningkatan investasi ini masih karena permasalahan-permasalahan klasik seperti perijinan, infrastruktur dan buruh.  Misalnya yang dialami investor Jepang yang sering di demo di China sehingga mereka keluar dari negara tersebut dan berencana untuk memindahkan investasinya ke Indonesia. Namun, bila hal itu terjadi di Indonesia, maka mereka akan membatalkan atau memindahkan investasinya ke negara lain. (adv)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dibayangi Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup 'Hijau'

    Dibayangi Data Inflasi AS, Wall Street Ditutup "Hijau"

    Whats New
    Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

    Masih Merugi, Industri Fintech Lending Diharapkan Cetak Laba pada Kuartal II 2024

    Whats New
    Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

    Surat Utang Diburu Investor, Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun

    Whats New
    Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

    Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

    Whats New
    OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

    OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

    Whats New
    Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

    Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

    Earn Smart
    Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

    Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

    Whats New
    Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

    Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

    Whats New
    OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

    OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

    Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

    Whats New
    Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

    Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

    Work Smart
    PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

    PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

    Whats New
    MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

    MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

    Whats New
    Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

    Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

    Spend Smart
    Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

    Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com