Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/12/2012, 14:37 WIB

KOMPAS.com - Salah satu penelitian global menyebutkan untuk pertama kalinya orang yang meninggal akibat obesitas lebih banyak dibandingkan mereka yang kelaparan.

Penelitian itu menunjukkan pada tahun 2010, lebih dari tiga juta orang di seluruh dunia meninggal akibat kegemukan, tiga kali lipat dibandingkan jumlah mereka yang meninggal karena kurang gizi.

Studi ini juga menyebutkan masalah kekurangan gizi di Afrika masih menjadi penyebab utama kematian.

Salah seorang penyusun laporan, Profesor Alan Lopez, dari Universitas Queensland, Selandia Baru, mengatakan para peneliti terkejut atas hasil studi itu.

"Kami sangat terkejut atas temuan itu. Kami mempelajari akibat fatal kekurangan gizi, terutama pada anak-anak. Kami temukan bahwa, ada penurunan tajam dampak kekurangan gizi dalam 20 tahun terakhir," kata Lopez.

"Penurunan ini sangat besar. Namun kami temukan juga bahwa obesitas dan Klik penyakit akibat kegemukan meningkat secara pesat," tambahnya.

Angka obesitas di Timur Tengah naik 100 persen

Laporan yang diterbitkan di jurnal medis Inggris, The Lancet, melibatkan 500 peneliti dari 50 negara.

Penulis lain laporan itu, Ali Mokdad dari Universitas Washington mengatakan, "Ada perbedaan besar dalam hal penyebab kematian. Anak-anak yang dulu meninggal akibat penyakit menular saat ini jauh lebih sehat berkat imunisasi."

"Namun, dunia saat ini menghadapi masalah obesitas dan dampaknya sudah terlihat," tambahnya.

Laporan itu menyebutkan setiap negara, dengan perkecualian negara sub-Sahara Afrika, mengalami peningkatan kasus obesitas dengan angka rata-rata global 82% dalam 20 tahun terakhir.

Negara-negara Timur Tengah mencatat peningkatan kasus obesitas 100% sejak 1990.

"Apa yang disebut 'gaya hidup Barat' diterapkan di seluruh dunia, dan dampaknya sama semua," kata Mokdad.

Sementara profesor Lopez mengatakan masalah ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju.

"Apa yang juga mengejutkan kami adalah kasus obesitas di negara-negara berkembang. Tentu jumlahnya tidak sama dengan negara-negara kaya, namun terus meningkat," kata Lopez.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com