Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merevitalisasi Pelabuhan Indonesia

Kompas.com - 19/02/2013, 07:22 WIB
Haryo Damardono

Penulis

Ketika lapangan penumpukan peti kemas lebih lapang, gerak bongkarmuat lebih cepat. Pelabuhan pun lebih efisien. Hal ini ditunjukkan dengan waktu tunggu kapal di Pontianak dari 3-4 hari menjadi hanya 1 hari atau bahkan 0 hari. Waktu bongkarmuat juga turun dari 3-4 hari menjadi 1-2 hari.

Sementara di Tanjung Priok, dipacu kerja keras untuk mengimplementasikan Perpres Nomor 36 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kalibaru Pelabuhan Tanjung Priok. Pada tahap awal, Terminal Kalibaru atau NewPriok yang mereklamasi 195 hektar lahan akan menambah kapasitas Tanjung Priok sebesar 4,5 juta TEUs peti kemas dan 9,4 juta meter kubik produk minyak dan gas.

Tender pembangunan NewPriok, telah dimenangi PT PP (persero). Nantinya, alur dan kolam diperdalam hingga minus 20 meter. Untuk alur pelayaran, dirancang untuk dua arah yang memiliki lebar mendekati 300 meter dengan dermaga yang dibangun sepanjang 4.000 meter.

Rencananya, Terminal Kalibaru atau NewPriok dibangun dalam dua tahap. Keseluruhannya terdiri dari tujuh terminal peti kemas dan dua terminal produk curah cair, BBM, atau gas. Pelindo II bersama operator tol PT Jasa Marga, Tbk nantinya juga membangun jalan akses terminal menuju Kawasan Industri Marunda.

Infrastruktur Lunak
Tahapan terkini dari pembenahan pelabuhan, ditunjukkan operator Terminal Peti Kemas Internasional Jakarta (JICT) dengan men goperasikan auto gate system yang diresmikan hari Senin (21/1/2013). Meski orientasinya bukan sekedar kelancaran pengangkutan domestik, tetapi juga untuk kelancaran ekspor-impor.

Dalam peresmian itu, hadir Menko Perekonomian Hatta Rajasa didam pingi Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menteri Perhubungan EE Mangidaan, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri Pertanian Suswono, dan Wakil Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo.

Menurut Lino, auto gate system yang diluncurkan oleh Pelindo ini berfungsi memperlancar arus barang yang masuk ke pelabuhan melalui pintu otomatis. Pemeriksaan fisik akan berkurang dengan sistem ini. Antrean di gerbang pelabuhan juga otomatis berkurang.

Dalam pengamatan Kompas, sistem tersebut dapat dianalogikan dengan kartu e-toll. Jadi, truk yang akan memasuki pelabuhan hanya dapat membuka gerbang dengan menempelkan kartu Truk Identity (TID).

Pada kartu TID telah diprogram nomor polisi truk, nomor pintu truk (serupa nomor pintu taksi), dan identitas perusahaan transportasi. Selain lebih cepat, auto gate system dapat menekan populasi truk illegal. Tujuan akhirnya, untuk lebih menjaga kestrerilan pelabuhan. Beberapa bulan mendatang, sistemnya ditambah e-billing, yakni pembayaran bea dan jasa melalui pembayaran elektronik.

Bahkan pada tahun 2013 ini, Pelindo II menjanjikan pengoperasikan Indonesia Logistics Community Service (ILCS). Melalui ILCS, proses bisnis di pelabuhan akan lebih sederhana sehingga meningkatkan produktivitas sebesar 30-60 persen.

Dengan ILCS, terjadi pertukaran informasi antara satu pelabuhan dengan pelabuhan lainnya, kemudahan penyerahan data yang lengkap dan terkini melalui e-logistic, transaksi data yang aman dan efisien, serta akses data yang tersentralisasi dan transparan.

Program ILCS akan berjalan berdampingan dengan Indonesia National Single Window (INSW) untuk bersama-s ama memperbaiki kualitas logistik Indonesia. Sekedar informasi, dalam urusan ekspor-impor dilibatkan tidak kurang 36 instansi pemerintah sehingga perlu dibuat sistemnya.

Bila dibandingkan, para pemangku kepentingan di Pelabuhan Hamburg, Jerman juga telah membangun dan mengoperasikan Datenkommunikationssystem AG (Dakosy). Sistem teknologi informasi (TI) yang dikembangkan Dakosy pun akhirnya dapat mengintegrasikan data dari perusahaan pelayaran, jasa pengangkutan, bea cukai, hingga polisi air dan instansi-instansi pemerintahan.

Sistem ini misalnya, mampu menggerakkan armada kapal pemadam bila terjadi kondisi darurat di Hamburg. Sementara dalam kondisi normal ketika kapal mendekati pelabuhan, maka sistem secara otomatis akan memesan alat bongkar muat hingga memesan truk.

Di berbagai pelabuhan kelas dunia lainnya, secara garis besar sistem TI melayani pembayaran secara elektronik, dan tracking, pelacakan posisi peti kemas. Juga mengintegrasikan urusan dengan berbagai instansi dalam satu sistem TI.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com