JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku telah menduga rumah sakit tak akan siap menampung lonjakan pasien untuk dirawat di kelas III. Namun begitu, dia merasa tak menemukan alasan untuk menunda diluncurkannya Kartu Jakarta Sehat pada 10 November 2012.
"Ya sudah ngerti lah kami, memang rumah sakit dan puskesmas belum memadai. Tapi jika (KJS) saya undur sampai setahun, makin banyak masyarakat yang sakit tidak masuk rumah sakit, iya kan," kata Jokowi, di Balaikota Jakarta, Selasa (19/2/2013).
Mantan Wali Kota Surakarta ini menyampaikan, sejak KJS diluncurkan, terjadi lonjakan jumlah pasien di kelas III rumah sakit sekitar 70 persen. Baginya, itu merupakan bukti konkret berjalannya program unggulan bernama KJS. Menyikapi itu, Jokowi langsung menginstruksikan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk menambah fasilitas di rumah sakit. Khususnya ruang rawat inap kelas III, ICU, dan NICU.
"Nanti ditambah secepatnya. Kalau ruangan memang kami mau kejar. Uangnya juga sudah ada, tapi kami memang mau minta izin untuk langsung kerja, ada waktu dan tahapan yang harus kami lalui," ujarnya.
Tidak siapnya rumah sakit dalam menangani pasien makin terungkap setelah bayi bernama Dera Nur Anggraini meninggal dunia. Dera yang mengidap penyakit di organ tubuh bagian dalam meninggal dunia lantaran gagal mendapat penanganan karena rumah sakit rujukan tak memiliki perlengkapan memadai dan penuh.
Berita terkait, baca :
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.