Tangerang Selatan, Kompas -
Dari 74 kamar yang awalnya diperuntukkan bagi korban bencana ambrolnya tanggul Situ Gintung, hingga saat ini, baru terisi 20 kamar. Padahal, rumah susun sederhana sewa (rusunawa) ini selesai dibangun 2010.
”Sejak mulai beroperasi, sebagian besar belum terisi,” kata Yayah, bagian pendaftaran pengelola rusunawa, Senin (4/3).
Untuk mencapai rusunawa itu harus melalui jalan berkonblok selebar 2,5 meter sepanjang 1 kilometer dari Jalan Raya Serua. Sekeliling rumah susun yang berada di tengah perkampungan itu masih dipenuhi semak belukar setinggi 1 meter.
Dari empat lantai gedung, dua lantai terbawah saja yang terlihat terawat. Lantai tiga dan empat terlihat kurang terurus. Sejumlah pintu kamar di lantai empat terlihat jebol. Lantai kamar juga terlihat kotor penuh debu.
”Memang lantai empat masih dalam persiapan. Juga sedang dilakukan perbaikan yang mengalami kerusakan,” ujar Yayah.
Sidik, salah satu penjaga di rusunawa, mengakui bahwa rusunawa itu kurang terawat, terutama di lantai yang belum dihuni. ”Atapnya juga ada yang bocor,” tuturnya.
Menurut Yayah, oleh karena korban jebolnya Situ Gintung enggan menempati, maka sejak Desember 2012 pendaftaran penghuni dibuka untuk umum.
”Mereka tidak mau mungkin karena lokasinya terlalu jauh,” ujar Yayah.