Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Redenominasi Rupiah Tidak Akan Timbulkan Sanering

Kompas.com - 06/03/2013, 22:46 WIB
Fabio Lopes

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bank Indonesia menyatakan, redenominasi rupiah yang dilakukan dengan menghilangkan tiga digit terakhir tidak menimbulkan sanering. Istilah sanering merujuk pada kondisi ketika terjadi pemotongan nilai mata uang, harga-harga barang tidak turun dan malah semakin meningkat.  

Hal ini disampaikan Dr Iskandar Simorangkir, SE, MA, Direktur Riset Ekonomi Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, dalam kunjungannya ke Redaksi Harian Kompas, di Jakarta, Rabu (6/3/2013).

Menurut Iskandar, terjadinya fenomena sanering dapat menurunkan daya beli efektif masyarakat. Kondisi tersebut kali terakhir terjadi pada awal tahun 1950 di masa pemerintahan Perdana Menteri Amir Syafarudin.

"Waktu itu kebijakan tersebut dilakukan untuk menekan laju inflasi yang sangat tinggi. Namun, membuat daya beli masyarakat menjadi menurun," ujar Iskandar.

Iskandar menegaskan, redenominasi rupiah akan memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat. Manfaat utamanya adalah menjadikan waktu dan biaya masyarakat untuk bertransaksi lebih efisien.

Selain itu, pemerintah juga bisa menghemat biaya pengadaan uang, dengan hadirnya mata uang logam yang memiliki nilai ekonomis lebih lama. Iskandar mengakui kebijakan redenominasi tersebut masih separuh jalan karena pihaknya masih menunggu proses dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan.

Namun, sambil menunggu hasil dari Kementerian Keuangan, pihaknya sudah melakukan konsultasi publik dengan semua pihak. "Konsultasi publik ditujukan bagi pengamat keuangan, para pengusaha, dan media massa yang dilakukan secara terbatas. Kami juga sedang menyiapkan bahan sosialisasi bagi masyarakat tentang manfaat dari redenominasi sehingga bisa mengubah cara pandang mereka," ungkap Iskandar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com