Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MEA 2015 Berlaku, Indonesia Bakal Diserbu Tenaga Asing

Kompas.com - 15/03/2013, 03:44 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com — Kementerian Luar Negeri mengingatkan bahwa insinyur, pekerja medis, dan tenaga asing lainnya, serta produk dari negara-negara ASEAN akan "menyerbu" Indonesia saat Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) diberlakukan mulai 31 Desember 2015. Pemerintah dan masyarakat harus bersiap menghadapinya, bahkan wajib mengambil manfaat dari kesepakatan regional tersebut.

"KEA 2015 itu sesuai dengan kesepakatan para pemimpin ASEAN di Phnom Penh pada November 2012," kata Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri I Gusti Agung Wesaka Puja di Surabaya, Kamis (14/3/2013). Ia mengemukakan hal itu saat berbicara dalam seminar Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Masa Depan Kerja Sama ASEAN dengan Mitra Wicara dan Manfaatnya Bagi Indonesia di Gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Puja mengatakan, KEA merupakan suatu keniscayaan yang tetap akan terjadi. Karena itu, kata dia, seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat, dituntut untuk siap menghadapi dan mengambil manfaat. "Dalam cetak biru KEA menyebutkan, KEA akan membentuk ASEAN dengan beberapa karakteristik utama, yakni pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global," katanya.

Cetak biru ASEAN mencakup "Mutual Recognition Agreements" (MRA). Kesepakatan tersebut memungkinkan profesi seperti insinyur, perawat, tenaga survei, jasa turisme profesional, akuntan, pekerja medis, dan dokter gigi bisa membuka praktik dan bekerja di seluruh negara anggota ASEAN. Selain itu, ASEAN juga menyiapkan "ASEAN Common Visa" yang akan memungkinkan warga negara non-ASEAN untuk memasuki wilayah negara anggota ASEAN dengan satu visa saja.

"KEA merupakan sebuah peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi karena angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi di kawasan ASEAN dan kelas menengah di Indonesia pun tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir," kata Puja. Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dan paling menjanjikan, yakni 6,4 persen. "Itu pertumbuhan tertinggi ketiga di Asia, setelah China dan India," katanya.

Namun, lanjut Puja, masih ada tantangan yang harus dihadapi, yakni mayoritas masyarakat Indonesia belum melihat KEA 2015 sebagai peluang. Kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap ASEAN juga masih sangat terbatas. Selain itu, lemahnya infrastruktur dan konektivitas di Indonesia menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi, kemudian industri di Indonesia juga masih bergantung pada produk impor dan besarnya pasar domestik menyebabkan pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan domestik. "Untuk itu, kami berharap akan terus terjadi penguatan. Karena itu, berpeganglah pada visi ASEAN: One Community, Many Opportunities," katanya. (E011/M026/Ruslan Burhani)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com