Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Solar Tetap Langka meskipun Pertamina Tambah Pasokan

Kompas.com - 26/04/2013, 19:15 WIB
Mohammad Hilmi Faiq

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com — Antrean tetap terjadi di beberapa stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) di Sumatera Utara meskipun Pertamina menambah pasokan hingga 20 persen per hari. Pengemudi angkutan umum terkena dampak kelangkaan solar.

Assistant Customer Relation Marketing Operation Pertamina Region I Sumatera Bagian Utara, Sonny Mirath, Jumat (26/4/2013), menjelaskan, pihaknya telah menambah pasokan solar bersubsidi sebanyak 20 persen dari pasokan normal per hari. Ini untuk mengurangi kelangkaan dan antrean di SPBU.

Di Sumut, pasokan solar normal per hari mencapai 2.918 kiloliter (kl). Adapun di Sumatera bagian utara (Sumut, Aceh, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau) mencapai 7.259 kl per hari. Namun, kelangkaan dan antrean tetap terjadi di SPBU.

Di sebuah SPBU di Jalan Tritura, Medan, belasan truk antre hendak membeli solar, Jumat (24/4/2013). Sekitar pukul 12.00, SPBU sepi lantaran pasokan solar habis. Sekitar empat kilometer dari Jalan Tritura, SPBU di Jalan Lingkar juga disesaki puluhan truk, mini bus, dan mobil. Mereka antre membeli solar. kondisi ini terjadi sudah sepekan terakhir.

"Saya sudah ke Binjai, Serdang Bedagai, Lubuk Pakam, untuk membeli solar. Semua SPBU kosong, solar habis. Baru di sini dapat solar," kata Adit (23), sopir truk penambang pasir.

Hal serupa dialami Andot (42), sopir truk pengangkut tanah. Untuk keliling mencari SPBU yang menyediakan solar saja dia menghabiskan bahan bakar sekitar 22 liter atau Rp 100.000.

Adit dan Andot menjelaskan, mereka mendapat uang bahan bakar dari majikannya hanya Rp 4.500 per liter. Oleh karena itu, mereka dipaksa mencari solar bersubsidi.

Sonny menjelaskan, angkutan pertambangan, kehutanan, dan perkebunan dilarang menggunakan bahan bakar bersubsidi. Ini mengacu pada Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2013 perihal Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak.

Pembelian solar bersubsidi oleh angkutan pertambangan, kehutanan, dan perkebunan tersebut mengakibatkan pasokan bahan bakar untuk angkutan umum menipis. "Setengah hari lebih saya keliling khusus untuk mencari solar. Sampai selepas makan siang begini, belum ada pemasukan. Ini gara-gara solar susah," kata Dingin Sitepu (43), sopir bus Medan-Berastagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com