Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inefisiensi Anggaran Rp 72 Triliun, Bisa Bangun 5 Jalur MRT

Kompas.com - 03/05/2013, 07:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Inefisiensi anggaran belanja pemerintah pusat pada 2012 mencapai Rp 72 triliun. Dana sebesar itu bisa untuk membangun delapan kali proyek rel ganda di pantai utara Jawa.

Total kementerian dan lembaga negara berjumlah 87 instansi. Pada tahun 2012, 20 instansi di antaranya mengelola 76,26 persen dari total pagu anggaran dengan temuan inefisiensi mencapai Rp 72 triliun. Inefisiensi yang dimaksud antara lain berupa duplikasi program, realisasi tak sesuai dengan tolok ukur kinerja, dan realisasi tak sesuai target.

Berdasarkan evaluasi anggaran tahun 2012 oleh Kementerian Keuangan, inefisiensi terjadi pada dua bagian. Pertama adalah bagian pengalokasian anggaran senilai Rp 61 triliun. Kedua adalah pelaksanaan program senilai Rp 11 triliun.

Inefisiensi terbesar terjadi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Rp 10 triliun), Kepolisian Republik Indonesia (Rp 7,1 triliun), Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 7 triliun), Kementerian Agama (Rp 6,7 triliun), dan Kementerian Perhubungan (Rp 4,9 triliun).

Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Yuna Farhan di Jakarta, Kamis (2/5/2013), berpendapat, inefisien anggaran dalam bentuk apa pun pada dasarnya adalah merugikan rakyat. Dana Rp 72 triliun sebagai inefisiensi tersebut adalah anggaran yang bisa digunakan untuk membangun berbagai macam proyek infrastruktur.

Anggaran Rp 72 triliun bisa untuk membangun delapan kali proyek rel ganda pantai utara Jawa. Anggaran sebesar itu bisa untuk membangun lima jalur mass rapid transit (MRT). Anggaran itu juga cukup untuk dikonversi menjadi 16 unit jembatan Suramadu di Jawa Timur.

”Ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem penganggaran. Yang pernah kami temukan adalah banyak pengajuan anggaran di atas standar biaya yang telah ditentukan. Seharusnya dipotong, tetapi kenyataannya terus saja lewat. Tidak heran kalau pengadaan barang bisa dikorupsi,” kata Yuna.

Inefisiensi, kata Yuna, semestinya sudah dapat dimitigasi pada saat perencanaan anggaran. Adalah Kementerian Keuangan selaku penelaah yang semestinya berperan. Temuan akan bermanfaat apabila terjadi pada saat perencanaan dan langsung dikoreksi. Namun temuan setelah pelaksanaan program cenderung sia-sia kecuali ditindaklanjuti menjadi kasus hukum atau berimplikasi pada sanksi.

Dalam bahan paparannya saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional, Selasa lalu, Pelaksana Tugas Menteri Keuangan Hatta Rajasa, menyatakan, pemerintah telah membatasi anggaran untuk sejumlah kegiatan pada tahun 2014. Pembatasan itu di antaranya adalah perjalanan dinas dalam dan luar negeri, rapat dan pertemuan di luar kantor, honorarium tim, dan pembangunan gedung baru yang tak langsung menunjang tugas dan fungsi kementerian serta lembaga. (LAS/RYO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Whats New
Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com