Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lampaui Harga Daging Ayam, Jengkol Hilang di Pasar Tasikmalaya

Kompas.com - 04/06/2013, 17:03 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

TASIKMALAYA, KOMPAS.com — Jengkol yang terkenal dengan baunya yang khas, ternyata sudah hampir sebulan ke belakang menghilang di beberapa pasar di Tasikmalaya. Bukan hanya langka, harga per kilogram jengkol pun meroket mengalahkan harga daging ayam.

Yani (40), salah seorang pedagang jengkol di Pasar Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, mengaku telah sebulan ini tak mendapatkan pasokan jengkol. Terakhir harga jengkol yang dijualnya mencapai Rp 40.000 per kilogramnya. Harga itu lebih mahal dari harga daging ayam yang hanya Rp 28.000 per kilogramnya.

Hampir setiap hari para pembeli menanyakan jengkol. Terlebih bagi para pedagang makanan yang tiap harinya memasak jengkol untuk dijual. "Wah, kalau yang nanyain jengkol hampir setiap hari selalu ada. Tapi, saya gak punya stok jengkol untuk dijual. Soalnya pemasok jengkol sudah hampir sebulan ini tidak ada ke pasar," kata Yani di lapak jualannya, Selasa (4/6/2013).

Hal sama dikatakan Tata (38), pedagang jengkol di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya. Tata mengaku langkanya pasokan jengkol baru terjadi tahun ini. Beredar alasan minimnya pasokan jengkol akibat faktor cuaca buruk. Padahal, tahun sebelumnya pasokan jengkol ke beberapa pasar Tasikmalaya selalu tersedia.

"Saya juga kaget harga jengkol bisa jadi mahal. Soalnya kan jengkol cuaca apa pun selalu ada, dan harganya murah. Tapi, pernah sih harga jengkol naik, tapi tak sampai selama dan semahal sekarang," ujar Tata.

Tata mengaku, jengkol biasanya dipasok oleh beberapa pengepul asal Tasikmalaya dan Garut Selatan. Pasalnya, di kedua daerah itu masih banyak pohon jengkol.

Namun, sekarang pasokan jengkol sedikit dan barangnya pun kurang segar. "Ada sih ada sedikit, tapi barangnya tidak segar harus diolah dulu dengan cara direndam. Harga sekarang di sini mencapai Rp 45.000 lebih lah," kata Tata.

Sebagian besar pembeli jengkol adalah para pemilik warung nasi dan penjual lauk nasi. Mereka biasanya hampir setiap hari membeli jengkol untuk dimasak dan dijadikan lauk nasi. Namun, sekarang mereka jarang membeli jengkol karena harganya mahal dan barangnya langka.

"Mungkin mereka tak menjual jengkol lagi, soalnya mereka pasti bingung menjualnya. Apalagi, setelah mereka tahu jengkol jarang di pasar, jadi mereka sekarang hanya lewat saja ke saya. Ada sih suka nanya tiap harinya, jengkol sudah ada Kang? Paling gitu saja," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kurs Rupiah 13 Mei 2024 di Bank Mandiri hingga BRI

    Kurs Rupiah 13 Mei 2024 di Bank Mandiri hingga BRI

    Whats New
    Perluas Pasar ke Kancah Global, Bea Cukai Lepas Ekspor Produk Tenggiri dan Tuna Senilai 239.000 Dollar AS

    Perluas Pasar ke Kancah Global, Bea Cukai Lepas Ekspor Produk Tenggiri dan Tuna Senilai 239.000 Dollar AS

    Whats New
    Populasi Ikan Belida Terancam, KKP Lakukan Pendataan

    Populasi Ikan Belida Terancam, KKP Lakukan Pendataan

    Whats New
    Staf Jokowi Bantah Mahalnya Harga Bawang Putih karena Harga Impor yang Tinggi dari China

    Staf Jokowi Bantah Mahalnya Harga Bawang Putih karena Harga Impor yang Tinggi dari China

    Whats New
    Bank Sampoerna Cetak Laba Bersih Rp 26,3 Miliar pada Kuartal I 2024

    Bank Sampoerna Cetak Laba Bersih Rp 26,3 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Perumnas Bangun Hunian Modern di Cengkareng untuk Milenial

    Perumnas Bangun Hunian Modern di Cengkareng untuk Milenial

    Whats New
    Kemenkes Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Usia 45 Tahun Bisa Daftar

    Kemenkes Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Usia 45 Tahun Bisa Daftar

    Whats New
    Miliarder-miliarder Dunia Ini Raup Kekayaan dari Cokelat dan Permen

    Miliarder-miliarder Dunia Ini Raup Kekayaan dari Cokelat dan Permen

    Earn Smart
    Kelas 1, 2, 3 BPJS Kesehatan Dihapus, Pemerintah Ganti Jadi KRIS

    Kelas 1, 2, 3 BPJS Kesehatan Dihapus, Pemerintah Ganti Jadi KRIS

    Whats New
    Cegah Kecelakaan Bus Tak Berizin Terulang, Ini Sederet Catatan untuk Pemerintah

    Cegah Kecelakaan Bus Tak Berizin Terulang, Ini Sederet Catatan untuk Pemerintah

    Whats New
    Fortress Pintu Baja Dukung Synergy Golf Party 2024

    Fortress Pintu Baja Dukung Synergy Golf Party 2024

    Rilis
    10 Kota Terkaya di Dunia, 4 Ada di Asia

    10 Kota Terkaya di Dunia, 4 Ada di Asia

    Whats New
    Ikan Bilih Danau Singkarak Terancam Punah, KKP Siapkan Aturan Pengelolaannya

    Ikan Bilih Danau Singkarak Terancam Punah, KKP Siapkan Aturan Pengelolaannya

    Whats New
    Anniversary Ke-15, AUDY Dental Perkenalkan Logo Baru dan Beri Apresiasi kepada Karyawan dan Dokter

    Anniversary Ke-15, AUDY Dental Perkenalkan Logo Baru dan Beri Apresiasi kepada Karyawan dan Dokter

    Whats New
    Australia Hadapi Krisis Perumahan, Ini Penyebabnya

    Australia Hadapi Krisis Perumahan, Ini Penyebabnya

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com