Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpeluang Jadi Mata Uang Universal, Bitcoin Makin Naik Pamor

Kompas.com - 06/12/2013, 17:33 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Bayangkan sebuah dunia di mana kita hidup. Anda bisa membeli apa pun secara privat. Tidak ada bank. Tidak ada biaya administrasi. Tidak takut terjadi inflasi yang membuat nilai mata uang makin tergerus.

Inilah yang dijanjikan mata uang digital, bitcoin. "Ini bisa menjadi mata uang alternatif di luar dollar AS, dan bitcoin adalah yang dimaksud," ujar mantan anggota Kongres AS Ron Paul, sebagaimana dikutip dari CNN, Jumat (6/12/2013).

Menurutnya, jika khalayak luas mulai menggunakan bitcoin, sangat mungkin hal itu akan mampu menenggelamkan sejarah dollar AS yang selama ini dianggap sebagai mata uang universal di seluruh dunia.

Kemunculan bitcoin memang tak dimaksudkan buat menggantikan dollar AS atau mata uang negara lain yang selama ini dikontrol oleh pemerintah atau bank sentral setempat. Akan tetapi, kehadirannya bisa menjadi mata uang alternatif yang universal dan bisa diterima di mana pun di seluruh dunia.

Ekonom dari University of Michigan, Miles Kimball, bahkan mengakui potensi kekuatan mata uang ini. "Bitcoin benar-benar mampu membuat pemerintah atau negara tak memiliki otoritas terhadap mata uang," ujar Kimball. Menurutnya, hal ini menunjukkan besarnya permintaan uang elektronik yang setara dengan uang tunai.

Saat ini, masyarakat di Afrika, khususnya di Kenya, sudah mulai menggunakan bitcoin sebagai alat jual beli dengan cara yang sangat sederhana, yaitu mengirimkan SMS kepada partner transaksi.

Pembayaran digital membuat proses transaksi berjalan nyaman dan lebih murah karena tak lagi terikat oleh nilai tukar, termasuk biaya transaksi yang diterapkan bank. Penggunaan bitcoin juga memungkinkan masyarakat bertransaksi tanpa melalui perantara bank serta uang tunai.

Beberapa kelebihan bitcoin jika dibandingkan dengan alat pembayaran digital lainnya adalah transaksi tidak lagi membutuhkan identitas diri. Penjual dan pembeli hanya disyaratkan memiliki identitas "dompet digital" sehingga hal itu jauh lebih privat ketimbang menggunakan kartu kredit.

Mengutip bitcoin.org, setiap orang bisa memproduksi sendiri bitcoin melalui apa yang disebut mining atau menambang. Namun, untuk menghasilkan bitcoin butuh waktu yang cukup lama dan sulit.

Hal ini dimaksudkan untuk membatasi peredaran mata uang digital ini, yang dalam hal ini tidak akan lebih dari 21 juta bitcoin yang beredar di seluruh dunia. Dengan terbatasnya peredaran bitcoin, alat tukar digital ini tidak akan tergerus inflasi.

Adapun untuk pengelolaannya dilakukan secara terdesentralisasi oleh teknologi peer-to-peer (P2P), tanpa otoritas pusat. Hal ini berbeda dengan mata uang konvensional, yang peredarannya ditentukan oleh otoritas, yaitu bank sentral yang memiliki tugas menjalankan kebijakan moneter dengan cara mengatur suplai uang yang beredar.

Akan tetapi, bitcoin.org memperingatkan bahwa sistem mata uang ini masih baru dan sewaktu-waktu bisa berfluktuasi. "Sebagai konsekuensinya, Anda tidak direkomendasikan untuk menabung dalam bitcoin untuk saat ini. Bitcoin haruslah dipertimbangkan sebagai aset yang berisiko tinggi, dan Anda tidak boleh menyimpan uang yang Anda cukup besar melalui bitcoin," tulis situs web ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com