”Data ekonomi menyedihkan walau hal ini tidak terlihat dari indeks saham yang melejit terus,” kata Brian Stutland dari Stutland Volatility Group.
Penjualan rumah pada Januari 2014 nyaris nihil. Indeks manufaktur dari Bank Sentral AS Biro Philadelphia anjlok 7,3 persen. Survei manufaktur Empire State juga mengecewakan. Usaha ritel terbesar dunia Wal-Mart juga anjlok 0,4 persen.
Muncul alasan, semua itu akibat cuaca buruk yang dikatakan mengganggu aktivitas ekonomi. ”Cuaca buruk tidak bisa dijadikan alasan,” kata Peter Boockvar, analis dari Lindsey Group.
Keadaan ekonomi tak seiring dengan indeks saham. Indeks S&P 500 mencapai rekor pada perdagangan siang, Senin (24/2), yakni 1.848,38 poin. Indeks Dow Jones di Wall Street naik 179,91 poin menjadi 16.283,21 poin.
Menggelembung
Akan tetapi, indeks ini tidak bisa dijadikan andalan. Setengah ekonom AS setuju bahwa pemulihan ekonomi sedang terjadi. Namun, setengah lagi anggota National Association for Business Economics (NABE) menyatakan pemulihan masih meragukan. Setengah anggota NABE malah meminta agar Bank Sentral AS jangan dulu menghentikan stimulus ekonomi.
Namun, kekhawatiran akan krisis keuangan menguat. ”Pertanyaan sekarang, apakah indeks akan terhenti sejenak,” demikian disebutkan USA Today, Selasa.
”Saya optimistis, tetapi juga tidak gegabah,” kata Nick Sargen, ahli investasi dari Fort Washington Investment Advisors.
Lebih ekstrem diperkirakan indeks akan anjlok 50 persen. ”Hanya menunggu waktu indeks anjlok 50 persen atau lebih. Kita tidak akan terkejut dengan kenyataan ini jika terjadi,” kata Mark Spitznagel, manajer hedge fund yang terkenal luas karena memperkirakan secara tepat krisis perekonomian AS pada 2008. Spitznagel salah seorang yang mendadak terkenal karena akurasi perkiraannya.
”Kita dalam keadaan di mana sektor keuangan menggelembung,” kata penasihat dan manajer keuangan Swiss, Marc Faber. ”Letupan bisa terjadi kapan saja.” Menurut Faber, harga saham sudah naik berlebihan atau naik jauh di atas harga seharusnya. Kenaikan harga tidak didukung faktor fundamental.
Bahkan, beredar rumor bahwa investor Warren Buffett sedang mengantisipasi crash atau penurunan parah indeks saham. Buffett diberitakan sedang memberikan arahan kepada para pemegang saham Berkshire Hathaway Inc, perusahaan investasi yang juga dia miliki.
Buffett menyatakan tindakan jual beli saham harus dilakukan dengan tindakan cepat. ”Ingin untung cepat, maka tindakan juga harus cepat,” katanya. (REUTERS/AP/AFP/MON)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.