Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China dan Vietnam "Penyerang" Terbesar Industri Makanan dan Minuman

Kompas.com - 20/03/2014, 12:03 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Standardisasi produk menjadi hal yang mutlak bagi industri di Indonesia dalam menghadapi persaingan pasar bebas ASEAN. Jika tidak, menurut Achmad Widjaya, Komite Standardisasi dan Kualitas Produk Kadin Indonesia, produk Indonesia bakal kalah bersaing dengan gempuran produk asing.

"Yang menjadi prioritas (distandardisasi) itu makanan dan minuman, agroculture, baru sektor sekundernya, seperti keramik dan kaca lembaran. Tapi mamin number one," kata Achmad, di Jakarta, Kamis (20/3/2013).

Achmad menegaskan, sektor mamin seperti makanan ringan (snack) sangat rawan terkena dampak produk asing. Saat ini ada sekitar 5.000 jenis produk yang terdaftar di Badan Standardisasi Nasional (BSN), namun tak lebih dari 1.000 jenis yang sudah mengantongi Standar Nasional Industri (SNI). Produk mamin pun diakui Achmad sangat minim.

"Serangan paling besar mamin itu China, Vietnam. Ancaman paling besar dalam hal standardisasi datang dari Vietnam," lanjutnya.

Oleh karenanya, dalam seminar soal SNI hari ini, Kadin Indonesia menghadirkan pembicara dari Vietnam dan China. Achmad mengatakan, kalangan industri Indonesia akan mengidentifikasi industri apa saja di Vietnam yang sudah memiliki standardisasi.

"Sama sengaja diundang kan yang China. China ini segala sektor bisa. Kaya pizza "all you can eat" dia. Ini bahaya," imbuh Achmad.

"Makanya pembicara yang datang ini, kita mau identifikasi top 10 sektor mana yang priority yang mau kita masukkan," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com