Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Cacing, Adam Kantongi Rp 300 Juta Sebulan

Kompas.com - 26/09/2014, 10:37 WIB

KOMPAS.com -Banyak orang bergidik jijik ketika melihat geliat cacing. Hewan tak bertulang belakang ini menimbulkan kesan menjijikkan bagi sebagian besar orang. Namun beda halnya dengan Abdul Azis Adam Maulida. Bagi laki-laki yang akrab disapa Adam ini, sejak empat tahun lalu cacing justru menjadi sumber pendapatan.

Sejak menamatkan pendidikan sarjana di Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Adam sudah punya niat berwirausaha. Namun niat itu terkubur lantaran tak menemukan ide usaha. Adam pun memutuskan menjadi karyawan di sebuah pabrik kertas. Selama sepuluh tahun, Adam bekerja di PT Tjiwi Kimia, di Mojokerto, Jawa Timur.

Baru pada 2010 dia meninggalkan pekerjaan itu. “Menurut saya, kalau bekerja di perusahaan, seseorang susah berkembang karena harus berhadapan dengan batasan dari sistem perusahaan tersebut. Sementara di luar begitu banyak peluang yang menanti,” ujar lelaki berusia 39 tahun ini.

Adam pun memantapkan diri untuk memulai usaha sendiri. Ia kembali ke tanah kelahirannya, Malang, Jawa Timur, pada awal 2010 dan memilih agribisnis dengan menggeluti budidaya belut yang sedang ngetren kala itu. Adam menggelontorkan modal sebesar Rp 20 juta, termasuk untuk membeli sekitar dua kuintal belut.

Namun, Adam tak menyangka, banyak kendala dalam beternak belut. Sejak awal, ia sering mendapati belut-belut itu mati. “Pokoknya, sulit sekali bagi saya untuk membudidayakan belut sehingga hanya enam bulan saya beternak belut,” kata dia. Padahal Adam sudah ikut berbagai seminar mengenai pembiakan belut.

Yang tersisa hanyalah pakan belut, yakni cacing tanah sebanyak empat kilogram. Dia mengamati, ketika semua belutnya mati, cacing-cacing itu tetap bertahan, bahkan, berkembang. Dari situlah Adam mendapat ide untuk membudidayakan cacing yang memiliki nama latin Lumbricus rubellus.

Tepatnya, pada Agustus 2010, Adam mulai membiakkan cacing tanah. Sebelumnya, dia mempelajari seluk-beluk budidaya cacing tanah. Selain membaca buku, Adam juga belajar secara autodidak dengan praktik langsung di lapangan.

Dengan modal Rp 200.000, ayah seorang anak ini membeli indukan cacing. Selanjutnya, untuk media, dia membeli kotak kayu ukuran 40 cm x 50 cm yang ditumpuk hingga 12 tingkat. Jadi, Adam tak perlu lahan yang terlalu luas.

Adam tak perlu membeli makanan cacing. Cacing bisa diberi makan dari limbah rumahtangga maupun limbah pasar. Ia mengolah limbah dari para tetangganya untuk dijadikan pakan cacing. “Cara membudidayakan cacing memang sangat mudah. Makanya saya tertarik dan tak pernah berpikir untuk berhenti sampai sekarang,” tutur dia.


Bapak cacing

Adam mengaku, ketika mulai merintis budidaya cacing, dia belum mendapatkan pasar sama sekali. Hingga pada akhir 2010, dia mendapat titik terang. Seorang pemilik tempat pemancingan mendatangi peternakannya untuk memesan cacing.

Dulu, Rumah Cacing, nama peternakan cacing milik Adam, hanya bisa memproduksi lima kilogram cacing per minggu. Akan tetapi, kini, dia bisa memproduksi hingga tujuh ton cacing tanah per bulan. Omzetnya pun meningkat pesat. Dalam sebulan Adam bisa mengantongi sekitar Rp 300 juta.

Adam bilang, ia butuh proses cukup panjang untuk bisa menemui kesuksesan seperti saat ini. Setelah memasok cacing untuk beberapa tempat pemancingan di Malang, Adam semakin giat meningkatkan produksi. Nama Adam pun mulai dikenal penduduk Malang. Ia bahkan disebut-sebut orang sebagai Bapak Cacing.

Pada 2011 ia mendapat order untuk memasok cacing oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. Sayang, Adam belum bisa langsung menyanggupi. Pasalnya, produksi cacingnya per bulan belum mencapai satu ton, seperti permintaan Dinas Perikanan itu.

Tak hilang akal, Adam menularkan ilmunya ke orang lain. Dia melakukan sosialisasi soal cacing ke masyarakat di sekitar Malang, sekaligus mengajak mereka untuk ikut membudidayakan cacing. “Saya ajak mereka untuk datang ke Rumah Cacing, lalu saya ajari cara beternak cacing,” ucap dia.

Di awal, usaha ini belum berbuah banyak. Hanya ada dua orang yang mau bergabung dengan Adam. Lalu, Adam mengembangkan sistem plasma dengan lebih terkoordinasi. Dengan sistem plasma, siapa pun yang bergabung akan mendapat pelatihan dari Rumah Cacing. Selanjutnya, Adam akan membeli hasil panen cacing dari anggota plasma.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com