Dia meminta agar hal itu tidak dianggap sebagai ancaman, namun bisa menjadi motivasi untuk berkembang lebih baik lagi. "Dalam 10 tahun terakhir, bank nasional yang jadi milik asing jumlah outlet-nya jauh lebih banyak dari jumlah restoran makanan cepat saji dan Indonesia. Ini seharusnya menjadi motivasi, seharusnya lebih sungguh-sungguh dalam menyusun cetak biru perbankan nasional," ujar Sigit, Selasa (14/10/2014).
Sigit menjelaskan bahwa cetak biru perbankan nasional merupakan rencana jangka panjang untuk membangun perbankan Indonesia. Tanpa cetak biru tersebut, perbankan Indonesia tidak hanya akan kehilangan pasar Asia Tenggara, tapi juga di dalam negeri sendiri.
Adapun cetak biru yang diusulkan Perbanas tidak jauh berbeda dari Arsitekur Perbankan Indonesia (API). Namun, cetak biru ini sebaiknya tidak hanya mengikat perbankan dan Bank Indonesia, namun juga OJK, pemerintah, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Dengan kemampuan mengikat seluruh sektor, maka tidak ada lagi penolakan-penolakan jika diperlukan adanya merger atau konsolidasi perbankan. "Karena bank-bank dari negara Asia Tenggara lain, terutama Malaysia, Singapura akan lebih agresif dan mereka terbukti lebih terencana dengan baik," ujar Sigit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.