Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seruan Bung Karno dan Panca Sila Juara MEA

Kompas.com - 13/04/2015, 22:46 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


KOMPAS.com - "Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara: Berjiwa Besarlah! Berimagination! Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paing cantik di dunia."

Seruan kata-kata Bung Karno di atas memang sudah berusia 59 tahun sejak pertama kali di ucapkan dalam pidato di Semarang tahun 1956 silam. Namun, sebenarnya seruan tersebut tak kehilangan ‘magisnya’ hingga kini. Hal itulah yang diyakini pengamat marketing Yuswohady.

Dia menilai, kata-kata Bung Karno tersebut masih sangat relevan saat ini, apalagi Indonesia tahun depan akan menghadapi kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Entrepreneur Indonesia harus mengetahui, menggali segala potensi Indonesia, kemudian bekerja seperti seruan Bung Karno sehingga potensi tersebut tak menjadi bancakan pengusaha-pengusaha negara ASEAN lainnya.

Entepreneur Indonesia, kata dia, tak boleh kalah bersaing dengan para pengusaha-pengusaha dari negara ASEAN saat MEA berlaku. Oleh karena itu, dia pun menyusun 5 jurus yang dia namakan Panca Sila Juara MEA agar entrepreneur Indonesia percaya diri dan mampu bersaing dengan wirausahawan negara ASEAN lain.

Sila 1: Use local advantages to kick the competitions

Pada sila pertama juara MEA ini, Yoswohady menekankan bahwa entrepreneur Indonesia harus cerdas memanfaatkan kekuatan lokal sehingga bisa memenangkan persaingan dengan pesaing dari negara ASEAN lainnya. Keunikan lokal itu kata dia bisa berbentuk pemahaman yang mendalam terhadap pasar dan konsumen lokal, penggunaan bahan-bahan lokal, sampai pemanfaatan tradisi dan kearifan lokal, atau bisa juga hubungan (relationship) dengan partner dan stakeholders lokal.

“Pemain seperti Dian Pelangi misalnya, kekuatan Dian Pelangi di mana? Itu karena dia melihat pasar muslim Indonesia. Mana ngerti orang bule pasar muslim Indonesia kan. Jadi pasar muslim Indonesia itu sangat besar. Lalu siapa yang harus tahu? Seharusnya kita lebih tahu akan potensi tersebut,” kata Yuswohady saat Pesta Wirausaha beberapa waktu lalu.

Selain Dian Pelangi dengan pasar muslimnya, Yuswohady juga memberikan beberapa contoh lain terkait pemanfaatan kekuatan lokal seperti Restoran Ny. Suharti dan Anomali yang berhasil membangun keunikan lokal dengan menggunakan bahan dan resep masakan lokal.

Sila ke-2: Create local innovation to make competition irrelevant

Resep juara MEA yang kedua yaitu memunculkan kreativitas lokal untuk menciptakan kompetisi yang memiliki sasaran pasar yang tak biasa. Artinya kata Yuswohady, entrepreneur Indonesia harus pintar memilih pasar yang tidak dipilih oleh para pesaing dari negara ASEAN lain.

“Misalnya apa yang dilakukan Harley (Davidson). Dia itu aneh. Coba kalau pilih motor itu mau yang irit atau yang boros? Pasti iritkan, nah Herley itu kan boros. Terus pilih motor mau cepat apa motor lambat? Pasti biar kita mau cepet ke tempat yang ditujukan. Nah kalau pakai Harley itu bukanya cepat malah maunya enggak nyampe-nyampe, keliling kompleks terus,” ujar dia sembari tertawa.

Nah, contoh seperti Harley yang merupakan pabrikan motor gede (moge) ini yang menurut Yuswohady menciptakan kompetisi yang tidak sebanding atau irrelevant dengan misalnya Yamaha, Honda, atau Suzuki. Selain itu ada lagi contoh yang ia sebutkan misalnya bagaimana D’Cost yang memberikan diskon sesuai umur.

Sila ke-3:  Boost Excellence to Beat the Giant

Yuswohady menyebut strategi ini sebagai Quality Challenger.  Enteprenuer Indonesia, kata dia,  harus berupaya habis-habisan mendongkrak kualitas untuk mengalahkan pesaing. Bedanya dengan sila kedua, sila ketiga ini lebih menekankan pada keutamaan kualitas secara berkelanjutan.

“Ini menantang pemain global dengan kekuatan kualitas. Misalnya Eiger, kita tahu kualitasnya tak perlu diragukan lagi. Ada lagi J-Co, yang bisa ngalahin Dunkin Donat,” ucap Yuswohady.

Sila ke-4: Build Bigness through Mass Partnership

Pada Sila berikutnya, yang ditekankan Yuswohady untuk memenangi persaingan dengan para pemain global yaitu dengan melakukan kerjasama antar pemain-pemain kecil. Pemain kecil tersebut kata dia harus dihimpun menjadi satu kesatuan, sehingga menjadi kekuatan yang besar.

Yuswohady bilang UKM akan mampu menjadi besar dan mencapai skala ekonomi jika mereka bisa saling berkolaborasi dan menghimpun kekuatan bersama. “Prinsipnya, sesama UKM haruslah bersatu-padu membangun kemitraan untuk bisa menjadi besar,” ujarnya.

Salah satu contoh usaha yang berhasil dengan pengembangan konsep sila ke-4 yaitu keberhasilan suami-istri Ibnu Riyanto dan Sally Giovanny membangun bisnis dengan cara memberdayakan para pembatik lokal di desa Trusmi. Mereka berhasil menyatukan sekitar 400 pebatik lokal untuk menghasilkan batik berkualitas global yaitu Batik Trusmi Cirebon.

Sila ke-5: Achieve Global Best Practices to Win Foreign Market

Dibanding keempat sila sebelumnya, sila ke-5 lebih berorientasi keluar atau ekspansi bisnis ke negara ASEAN lainnya. Beberapa syarat agar entrepreneur Indonesia bisa berjaya di pasar global yaitu harus berupaya membangun kemampuan global.

Artinya, harus unggul dalam hal modal, teknologi, manajemen, dan SDM yang berstandar dunia. Namun, kata dia, bersaing di pasar global memang tak mudah, oleh karena itu salah satu potensi yang membuat produk  Indonesia menang yaitu produk kerajinan craftsmanship.

“Sepatu Niluh Djelantik melanglang-buana di lebih dari 20 negara di Eropa dan Amerika. Sepatu kebanggaan Indonesia ini bahkan menjadi idaman para selebritas top dunia seperti Julia Robert dan Uma Thurman. Bagaimana Niluh Djelantik mencapai global best practices? Pertama, kualitas tanpa kompromi. Kedua, craftmanship melalui sentuhan tangan-tangan terampil khas Bali. Ketiga, eksklusivitas karya yang menjadikannya unik dan high-end. Keuatan kita itu pada power kerajinan tangan,” tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com