Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berharap pada Ekonomi Kuartal Dua

Kompas.com - 04/05/2015, 10:52 WIB

Kinerja yang kurang memuaskan di kuartal pertama membuat para bankir pesimistis melewati sisa bulan di 2015. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), bilang, industri perbankan bakal sulit mencetak pertumbuhan laba dua digit tahun ini. Biaya DPK dan operasional masih akan terus naik, sementara daya serap masyarakat terhadap kredit turun.

“Tahun ini, sih, target kredit bisa tumbuh 12 persen–15 persen, tapi kami tidak akan memaksakan diri mencapai target itu jika kondisi ekonomi masih lesu,” ujar Jahja.

Parkir dana di BI

Efek dari perlambatan ini, Bank Indonesia (BI) harus menampung dana dari kelebihan likuiditas perbankan. Sejumlah bank yang mengalami kelebihan likuiditas karena minim permintaan kredit, memilih memarkirkan dana di BI daripada dananya mengganggur.

Sebenarnya, imbal hasil penempatan dana di BI lebih kecil dibandingkan bank menyalurkan kredit. Misalnya, per Maret 2015 bank akan memperoleh imbal hasil 6,13 persen dari penempatan dana di BI. Sedangkan jika disalurkan menjadi kredit, bank akan memperoleh imbal hasil sekitar 10,52 persen.

Misalnya, Bank Rakyat Indonesia (BRI), mencatat kenaikan penempatan dana di BI sebesar 83,56 persen menjadi Rp 107,83 triliun (bank only) per Maret 2015, dibandingkan posisi Rp 58,74 triliun per Maret 2014. Sedangkan, konsolidasi naik 82,44 persen menjadi Rp 111,16 triliun per Maret 2015, dibandingkan posisi Rp 60,93 triliun per Maret 2014.

“Kedepan, tren penempatan dana di BI akan turun karena mulai ada permintaan kredit pada kuartal II/2015,” kata Heru Koemaharyo.

Heru memproyeksikan kredit akan mencapai 15 persen-17 persen tahun ini dengan permintaan terbesar pada semester II/2015 ketika pemerintah mulai melakukan belanja modal.

Jahja Setiaatmadja, menuturkan, bank yang kelebihan likuiditas memang akan menempatkan dananya di BI. Menurutnya, penempatan dana di BI ini sebagai dana cadangan, jika suatu waktu ada debitur yang ingin mencairkan kredit atau meminta pinjaman. “Bank perlu mencadangkan dana untuk kredit,” katanya.

Per Maret 2015, BCA menempatkan dana di BI sebesar Rp 75,54 triliun, naik 39,6 persen, dari posisi Rp 54,10 triliun per Maret 2014. Kenaikan secondary resevers ini karena BCA menghimpun DPK Rp 445,09 triliun per Maret 2015, atau naik 9,4 persen dari posisi Rp 406,79 triliun per Maret 2014.

Banjirnya likuiditas akibat tak tersalurkan menjadi kredit ini, membuat Bank Tabungan Negara (BTN) pun mengerem produk depositonya.Tujuannya agar biaya dana (cost of fund) tak terlalu tinggi dan perolehan laba bersih bisa tumbuh lebih baik.

Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, efek penurunan ongkos bunga deposito sudah terlihat pada pertumbuhan laba bersih kuartal I-2015 yang lebih baik ketimbang tahun lalu. BTN menjadi salah satu bank yang kinerja lumayan kinclong dibanding bank lainnya. Laba BTN tumbuh 17,9 persen menjadi Rp 402 miliar.

"Sengaja kami memperlambat pertumbuhan deposito demi mengurangi beban cost of fund, sehingga pertumbuhan laba bersih bisa tetap baik," ujarnya.

Berdasarkan laporan keuangan BTN di akhir kuartal I-2015, deposito BTN mencapai Rp 60,61 triliun atau tumbuh hanya 0,84 persen secara year on year (yoy) dibanding Maret 2014 yang mencapai Rp 60,11 triliun.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nelson Tampubolon mengatakan, pertumbuhan kredit di tiga bulan pertama tahun 2015, memang terlihat melemah. Karena industri perbankan menahan diri dalam menyalurkan kredit. Namun, kata dia, secara historis, pertumbuhan kredit di triwulan I memang rendah, dan secara siklus akan kembali meningkat pada triwulan II dan triwulan berikutnya.

"Memang perlambatan pertumbuhan ekonomi bisa mendorong sektor riil agak lambat menyerap kredit. Tapi kami berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal II akan lebih baik dibanding kuartal I,” ujarnya.

Ia berharap kredit perbankan akan tumbuh 15 persen-17 persen di tahun 2015 ini. Semoga. (Adhitya Himawan, Hendra Gunawan, Nina Dwiantika, Wuwun Nafsiah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com