Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lepas Link Net, Lippo Buka Harga Rp 13,1 Triliun

Kompas.com - 27/05/2015, 11:45 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Rencana divestasi saham anak usaha PT First Media Tbk (KBLV), yakni PT Link Net Tbk (LINK) terus bergulir. Lippo Grup dikabarkan menawarkan harga cukup premium terhadap penjualan saham LINK. Harga tinggi inilah yang membuat proses penjualan berjalan alot.

Sumber Kontan yang mengetahui transaksi ini mengatakan, Lippo membuka harga penjualan sebesar 1 miliar dollar AS atau mencapai Rp 13,1 triliun. Saat ini, Link Net tengah mencari beberapa investor strategis yang berminat untuk mengakuisisi sahamnya.

Salah satu perusahaan yang dibidik adalah MNC Grup. Sumber itu menyebutkan, sampai saat ini, pihak penjual dan calon pembeli masih melakukan negosiasi harga. Meski menjajaki beberapa investor strategis, MNC digadang-gadang menjadi calon pembeli terkuat karena punya dana kas yang besar. Namun, sampai saat ini belum terjadi kesepakatan harga dengan MNC.

"MNC memiliki dana kas yang sangat besar. Sehingga, dengan harga yang sangat premium, MNC menjadi tidak ada saingannya. Namun harganya terlalu tinggi. Mereka juga masih coba negosiasi," ujar sumber Kontan, pekan lalu.

Untuk memuluskan aksi korporasi itu, Lippo Grup sudah menunjuk Credit Suisse dan Citi Grup sebagai advisor.

Manajemen LINK dan pihak Lippo Grup sendiri masih enggan menanggapi penjualan saham ini. Namun, Hary Tanoesoedibjo, CEO MNC Grup mengakui ada penawaran tersebut. Namun, ia masih berpikir ulang karena harga yang ditawarkan Lippo terlalu tinggi. "Akuisisi itu, kita harus lihat harganya bagaimana. Kalau cocok, jalan," ujar Hary belum lama ini.

Hary tertarik menguasai Link Net karena ingin memperbesar bisnis broadband yang menjadi bisnis baru MNC Grup. Jika berhasil mengakuisisi Link Net, MNC Grup akan melakukan sinergi dengan televisi berbayar (pay TV) miliknya.

"Kami tidak hanya ingin mengembangkan pay TV saja, tetapi juga pay TV yang ada internetnya," ujarnya.

Dengan begitu, MNC bisa makin mendominasi pangsa pasar di bisnis tersebut. Saat ini, saham LINK dikendalikan oleh KBLV yang menggenggam 33,8 persen saham LINK. Pada November 2014 lalu, KBLV dan CVC melakukan divestasi atas 11 persen saham LINK dan meraup dana segar Rp 4,2 triliun.

KBLV yang saat itu memiliki 41 persen saham LINK melepas 226,67 juta saham atau 7,45 persen saham di harga Rp 6.000 per saham. KBLV melepas saham tersebut kepada tiga bank, yakni Credit Suisse (Singapore) Limited, Goldman Sachs International, dan CIMB Bank Berhad Cabang Labuan Offshore. Ketiganya menjual kembali saham itu kepada investor institusi intenasional.

Dus, dari aksi korporasi itu, KBLV resmi mengantongi dana sebesar Rp 1,36 triliun. Dana itu digunakan KBLV untuk ekspansi fiber optik dan bayar utang. Sementara pemegang saham Link Net lainnya, CVC Capital Partners Ltd yang melepas 473,13 juta saham atau sekitar 15,55 persen saham di harga yang sama. Dengan begitu, CVC mereguk dana hingga Rp 2,83 triliun.

Saat ini, total kapitalisasi pasar Link Net di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya Rp 16,88 triliun. Namun memang, kinerjanya sudah bertumbuh beberapa kali lipat. Tahun ini,  Link Net menargetkan pendapatan bisa naik mencapai Rp 2,73 triliun. Nilai ini tumbuh 28 persen dari raihan 2014 yang mencapai Rp 2,13 triliun.

Dengan target tersebut, artinya pendapatan pada kuartal I-2015 yang mencapai Rp 599,94 miliar baru mencapai 21,98 persen dari target pendapatannya. Sementara, untuk laba bersih tahun ini diharapkan bisa tetap tumbuh 25 persen-28 persen dari tahun lalu.

Lippo Grup berniat mendivestasi Link Net lantaran ingin berfokus pada bisnis utamanya di bidang properti. Setelah tumbuh lebih dari empat kali lipat, Lippo merasa sudah saatnya melepas anak usahanya tersebut. Penjualan itu juga dikabarkan didukung oleh pemegang saham Link Net lainnya, CVC Capital Partners Ltd. (Narita Indrastiti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Hindari Denda, Importir Harus Lapor Impor Barang Kiriman Hasil Perdagangan dengan Benar

Whats New
Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Pendaftaran Seleksi CASN Dibuka Mei 2024, Menpan-RB Minta Kementerian dan Pemda Percepat Input Formasi Kebutuhan ASN

Whats New
IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Turun 0,84 Persen di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 2 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Kamis 2 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Harga Bahan Pokok Kamis 2 Mei 2024, Harga Jagung Tk Peternak Naik

Whats New
CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

CIMB Niaga Cetak Laba Sebelum Pajak Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku Mei 2024

Whats New
Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Inflasi AS Sulit Dijinakkan, The Fed Pertahankan Suku Bunga

Whats New
The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

The Fed Tahan Suku Bunga, Mayoritas Saham di Wall Street Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com