Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pungutan Ekspor Sawit Diperkirakan Mencapai Rp 8 Triliun Per Tahun

Kompas.com - 22/06/2015, 17:24 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah tetap pasang target, 1 Juli 2015 dana pungutan ekspor sawit (CPO Fund) sudah dijalankan. Diperkirakan, total pungutan dana tersebut bisa mencapai Rp 8 triliun per tahun.

"Tergantung pada harga dan juga pada jumlah yang diekspor. Perhitungan sementara kalau menggunakan ekspor tahun 2014 maka dana yang terkumpul antara Rp 7 sampai 8 triliun per tahun," ujar Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Bayu Khrisnamurhi usai rapat di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (22/6/2015).

Dia menjelaskan, skema penguatan itu nantinya sama dengan pungutan bea keluar ekspor sawit. Namun, Bayu memastikan, pengusaha hanya tetap membayar satu dari pungutan itu.

"Pengusaha akan tetap membayar satu saja. Karena bea keluar Indonesia sifatnya progresif dan makin tinggi harganya, maka besarnya bea makin besar. Nanti kalalu nilai beanya sudah lebih tinggi dari pungutannya maka baru kemudian bea itu ditarik, tapi kalau belum, hanya pungutannya saja, jadi tidak akan ada pungutan berganda," kata dia.

Sementara besaran pungutan tersebut bervariasi, mulai dari 50 dollar AS per ton sampai 10 dollar AS per ton, bergantung pada jenis produk dari kelapa sawit. Dana pungutan dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit dengan berbagai peruntukan. Misalnya, pertama, untuk peremajaan sawit rakyat. Saat ini kata Bayu, kurang lebih ada 300.000 - 350.000 sawit rakyat yang harus diremajakan karena relatif ditanam pada tahun 1980-an.

Kedua, meningkatkan permintaan terhadap produk sawit dan yang dipakai, atau salah satu yang paling potensial untuk meningkatkan permintaan yaitu biodiesel berbahan baku sawit.

"Pemerintah telah mewajibkan diesel di Indonesia dijual dalam bentuk B15, artinya 15 persen menggunakan bahan bakar sawit ini, dan itu juga sekaligus mendukung kelestarian lingkungan hidup karena biofuel memiliki emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan BBM fosil " ucap dia.

Ketiga, dana pungutan sawit itu nantinya akan digunakan untuk memperkuat riset, pengembangan SDM, promosi dan membantu sawit indonesia yang tertekan di banyak negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Keuangan BUMN Farmasi Indofarma Bermasalah, BEI Lakukan Monitoring

Whats New
Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Bea Cukai Lelang 30 Royal Enfield, Harga Mulai Rp 39,5 Juta

Whats New
Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Bisnis Alas Kaki Melemah di Awal 2024, Asosiasi Ungkap Penyebabnya

Whats New
Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com