Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya WNI Mencari Rezeki di Arab Saudi

Kompas.com - 13/07/2015, 03:45 WIB


KOMPAS.com -
Boleh saja ada pepatah, hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negeri orang. Meski sekarang musim akik, tuntutan perut dan tanggungjawab keluarga menyebabkan banyak warga Indonesia ogah makan “batu” di negeri sendiri dan lebih mencari emas di negeri orang lain.

Salah satu sasaran pencarian “emas” itu adalah Arab Saudi.  Meskipun Pemerintah Indonesia memberlakukan moratorium penempatan TKI informal ke Arab Saudi, kini di negeri itu masih ada 800.000 TKI. Dari jumlah tersebut, sekitar 600.000 TKI terkonsentrasi di Provinsi Mekkah, yang meliputi kota Jeddah, Madinah, dan Mekkah. Sementara  sisanya 200.000 orang membanting tulang di Provinsi Riyadh.

Beberapa TKI yang sudah tinggal bertahun-tahun,  menggandeng warga Arab Saudi untuk membuka toko dan restoran Indonesia. Salah satu aturan berbisnis di Arab Saudi adalah bekerjasama dengan warga lokal.

Toko dan restoran Indonesia di Arab Saudi umumnya melayani kebutuhan masyarakat Indonesia, TKI serta jemaah haji dan umrah asal Indonesia. Potensi bisnis sektor ini besar. Setiap tahun sekitar 1 juta orang Indonesia melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk ibadah umrah dan haji (sekitar 200.000 beribadah haji dan 800.000 umrah). 

Harga makanan di restoran itu umumnya 10 riyal-20 riyal atau Rp 36.000 - Rp 72.000 (kurs Rp 3.600 per riyal). Di sebuah restoran, saban hari minimal 100 orang hilir mudik. Maka, omzet per hari antara 1.000 riyal-2.000 riyal.

“Kecenderungannya, semakin banyak warga Arab Saudi, Pakistan, India dan Bangladesh menjadi pelanggan toko dan restoran Indonesia,” terang Wawan Sudarmawan Atase Perdagangan KBRI Arab Saudi.

Pengusaha biro perjalanan juga meraup rezeki dengan mengantarkan warga Indonesia umrah atau haji. Salah satunya First Travel. Saban tahun biro ini memberangkatkan 35.000 jemaah umrah. “Tahun ini kami menargetkan sama seperti tahun lalu, yakni 35.000 jemaah umrah,” ujar Andika Surachman, pemilik dan Direktur Utama First Travel.

Menurut dia, pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tak terlalu berpengaruh terhadap animo jemaah melaksanakan umrah. “Mereka sudah mempersiapkan diri dan dari sisi biaya dalam dollar tidak naik,” ujarnya.

Seorang warga Indonesia yang sudah cukup lama di Arab Saudi menuturkan, meski bisa berbisnis sendiri, umumnya warga Indonesia lebih suka menggandeng warga lokal.

Tingginya kunjungan ibadah, menyebabkan kebutuhan hotel meningkat. Ini mendorong warga Indonesia berkarier di hotel Arab Saudi. Salah satunya Zamaludin yang hampir tiga tahun tinggal di sana.

Ia sekarang menjadi  supervisor salah satu hotel bintang 5 di Zam-Zam Tower, persis di depan Masjidil Haram. “Gajinya lumayan dibanding kerja di Indonesia,” katanya, tanpa menyebut angka. 

Husein, warga Indonesia asal Bekasi yang berkarier di salah satu hotel di Mekkah menuturkan, gaji supervisor hotel bintang 5 antara 4.000 riyal-5.000 riyal. Husein sendiri mengaku mendapatkan gaji 2.000 riyal per bulan

Sementara Ali, seorang pekerja bangunan asal Jember, Jawa Timur mengaku mendapatkan gaji 1.700 riyal. Jika ditambah lembur, ia bisa mengumpulkan 2.000 riyal. “Asal tahan panas saat musim panas seperti sekarang, kerja di Arab Saudi enak. Setiap hari bekerja lima jam, dari jam 08.30 – 12.30 bahkan di bulan Ramadan cuma bekerja dua jam,” terang Ali.

Sudah begitu, ia mendapatkan jatah pulang dua tahun sekali dan mendapatkan ongkos pesawat Arab Saudi – Jakarta PP.

Hanya saja, besarnya rezeki itu harus mereka bayar dengan harga yang amat tinggi. Zamal, Husein dan Ali kompak berkata dengan nada sedih, “Saya rindu dengan keluarga di Indonesia”.  (Ahmad Febrian)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com