Saat memulai usaha, Mujiati cuma bermodalkan uang Rp 300.000. Uang sebanyak itu digunakan untuk membeli buah pisang. "Saya membeli dari petani pisang," kata perempuan yang sempat menjadi penjual sayur-mayur di Pasar Pangkalan Balai itu.
Membeli pisang dari petani, aku Mujiati, adalah upaya strategisnya mendapatkan bahan baku lebih murah. Lagi pula, di Kecamatan Pangkalan Balai, tempatnya tinggal, ada beberapa kelurahan seperti Pangkalan Balai, Air Kuning, dan Mulya Agung adalah penghasil pisang. "Kalau beli dari petani kan saya bisa dapat harga Rp 40.000 setandan," kata ibu lima anak tersebut.
Jadilah, dengan strategi itu, Mujiati yang pada 20 November nanti berusia 49 tahun itu, bisa memproduksi sekitar 500 bungkus kecil keripik pisang per minggu. Sementara, untuk jangka waktu sama, Mujiati mampu memproduksi 50 bungkus keripik pisang ukuran besar.
Kemudian, bersama anggota Gapoktan Raye, Mujiati menitipkan produk keripik pisang mulai dari pasar, kantin sekolah, kantin kantor dinas kesehatan, dan kantin perkantoran Kabupaten Banyuasin. "Rata-rata saya mendapatkan hasil Rp 1 juta seminggu," kata Mujiati yang rajin mengikuti pelatihan usaha kecil menengah (UKM) mulai dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Banyuasin, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan sebagainya.