KOMPAS.com - Wajah Mujiati terlihat sumringah saat bercerita tentang buah pisang. Padahal, saat itu, Kamis (27/8/2015), panas terik menyengat di kawasan alun-alun Pangkalan Balai, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Ibu kota Banyuasin yang memiliki semboyan "Betuah", kependekan dari Bersih, Tulus, Amanah, tengah menjadi tuan rumah Pameran Potensi Desa 2015 sejak hari itu hingga Minggu (30/8/2015). Pameran tersebut diresmikan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Transmigrasi Marwan Jafar dan Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian.
Bagi Mujiati, kemudian, buah pisang khusus pisang kepok, adalah harapannya bersama juga anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Raye. Pada pameran itu, Mujiati, perempuan kelahiran Kebumen, Jawa Tengah, itu mengaku terus terang bahwa buah pisang yang dijadikan penganan keripik adalah andalannya. "Keripik pisang adalah andalan saya," tuturnya.
Bukan dalam waktu singkat bagi Mujiati untuk "jatuh cinta" pada pisang kepok. Pasalnya, usaha kecilnya dimulai sejak 2003. "Awalnya, saya cuma iseng," kata Mujiati.
Membeli pisang dari petani, aku Mujiati, adalah upaya strategisnya mendapatkan bahan baku lebih murah. Lagi pula, di Kecamatan Pangkalan Balai, tempatnya tinggal, ada beberapa kelurahan seperti Pangkalan Balai, Air Kuning, dan Mulya Agung adalah penghasil pisang. "Kalau beli dari petani kan saya bisa dapat harga Rp 40.000 setandan," kata ibu lima anak tersebut.
Jadilah, dengan strategi itu, Mujiati yang pada 20 November nanti berusia 49 tahun itu, bisa memproduksi sekitar 500 bungkus kecil keripik pisang per minggu. Sementara, untuk jangka waktu sama, Mujiati mampu memproduksi 50 bungkus keripik pisang ukuran besar.
Kemudian, bersama anggota Gapoktan Raye, Mujiati menitipkan produk keripik pisang mulai dari pasar, kantin sekolah, kantin kantor dinas kesehatan, dan kantin perkantoran Kabupaten Banyuasin. "Rata-rata saya mendapatkan hasil Rp 1 juta seminggu," kata Mujiati yang rajin mengikuti pelatihan usaha kecil menengah (UKM) mulai dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Banyuasin, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, dan sebagainya.
Di tengah musim kemarau panjang lantaran gelombang panas El Nino yang melanda Indonesia, termasuk Banyuasin, Mujiati mengaku tak cemas dengan buah pisang kepok. "Sampai sekarang saya enggak kesulitan mendapat pisang," katanya sembari tersenyum.
Mujiati mengaku punya harapan agar usahanya berkembang, tak hanya di Pangkalan Balai. Ia ingin agar pisang keripiknya bisa juga dijual di Palembang, ibu kota Provinsi Sumsel. "Saya perlu modal banyak. Ya, sekitar Rp 15 juta," demikian Mujiati.
Catatan dari laman bappeda.banyuasinkab.go.id pada Senin (31/8/2015) menunjukkan luas panen pisang di Kabupaten Banyuasin mencapai lebih dari 107 hektar. Produksinya mencapai 6,8 ton. Selain Pangkalan Balai, Kecamatan Betung juga menjadi penghasil pisang di Kabupaten Banyuasin.