Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Kondisi Sekarang Tak Sama dengan 1998 dan 2008

Kompas.com - 01/09/2015, 15:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Pelemahan nilai tukar rupiah dan mata uang Asia belakangan ini, ditambah anjloknya bursa saham, membuat banyak pihak khawatir, ekonomi Indonesia akan kembali krisis seperti tahun 1998 atau 2008.

Apa lagi di dalam negeri pertumbuhan ekonomi  semester I-2015 di bawah target.  Ekspor melemah, dan penerimaan pajak pun tak mencapai target.  Emiten-emiten di bursa melaporkan kinerja yang melemah. Kegiatan bisnis pun lesu. Hal ini terlihat dari dropnya penjualan perusahaan ritel, turunnya pasar otomotif dan properti.

Pekan lalu, dua orang taipan senior,  Mochtar Ryadi dan Ciputra pun angkat bicara soal kondisi ekonomi saat ini yang membuat mereka kuatir. Ciputra bahkan mengatakan, rasa ekonomi 2015 seperti tahun 2008.

Namun, Presiden Joko Widodo  menampik bahwa ekonomi kita kini menuju krisis seperti 1998 atau 2008.

Dalam diskusi dengan wartawan di Istana Senin (31/8/2015), Presiden Jokowi memaparkan data indikator ekonomi Indonesia saat ini dibandingkan dengan  indikator ekonomi saat krisis moneter 1998 dan krisis finansial 2008.

Pertumbuhan ekonomi  pada triwulan II-2015, meski tak sesuai target, namun masih mencapai  4,67 persen year on year. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 di mana ekonomi hanya tumbuh  4,12 persen apa lagi dibandingkan dengan krisis moneter 1998 di mana  ekonomi negatif (-13,10 persen).

Kondisi inflasi saat ini pun menurut Presiden  masih terkendali.  Saat krisis moneter (krismon) 1998 inflasi membubung 82,5 persen dan saat krisis finansial 2008 inflasi mencapai 12,14 persen. Sementara pada triwulan II-2015 lalu, inflasi jauh lebih rendah yakni sebesar 7,26 persen.  “Di akhir tahun  nanti, inflasi bisa turun di bawah 5 persen,” ujar Jokowi.

Mengenai  kurs rupiah yang kini menembus kisaran Rp 14.000 per dollar AS, memang  lebih rendah dibandingkan dengan kurs rupiah saat krisis 2008 di mana  kurs rupiah mencapai Rp 12.650 per dollar AS. Tapi, pelemahan rupiah saat ini tak seburuk saat krismon 1998 di mana rupiah terpuruk   ke Rp 16.650 per dollar AS.

Namun harus diingat, tandas Presiden Jokowi, di tahun 1998 kurs rupiah melemah menjadi Rp 16.650 dari sebelumnya di bawah Rp 2.500 per dollar AS. “Saya masih ingat, saat itu kurs rupiah hanya sekitar Rp 1.800-an per dollar,” ujar Jokowi.

Pelemahan rupiah yang terjadi sekarang, tak sedalam saat krisis sebelumnya. Sebab, seperti dikatakan Jokowi, saat dia mulai memegang tampuk pemerintahan Oktober 2014, kurs rupiah sudah berada di kisaran Rp 12.000 per dollar AS.

Seperti tampak pada data yang dipaparkan Presiden, depresiasi rupiah (posisi terendah)  di tahun 1998 mencapai 197 persen, dan di tahun 2008 mencapai 34,86 persen. Sementara depresiasi rupiah yang terjadi belakangan ini, hanya 14,03 persen.

Cadangan devisa Indonesia sekarang ini juga lebih tinggi. Saat krismon 1998, cadangan devisa Indonesia hanya 17,4 miliar dollar AS, dan di tahun 2008 cadangan devisa kita sebesar 80,2 miliar dollar AS.  Pada akhir Juli 2015, cadangan devisa kita sudah  mencapai  107,6 miliar dollar AS.

Namun, total utang luar negeri, yang mencakup utang pemerintah dan swasta, kini memang lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Akhir kuartal  II-2015 lalu, total utang luar negeri  mencapai 304,3 miliar dollar AS. Posisi utrang luar negeri ini jauh lebih tinggi dibanding tahun 2008 yang sebesar 155,08 miliar dollar AS dan tahun 1998 sebesar 150,8 miliar dollar AS.

Namun, Presiden Jokowi mengatakan, meski meningkat,  namun rasio utang luar negeri terhadap cadangan devisa sekarang ini jauh lebih baik. Di tahun 1998, rasionya 8,6 kali. Di tahun 2008 rasionya 3,1 kali, dan kini rasionya hanya 2,8 kali.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB pun membaik. Jika di tahun 1998 rasionya 100 persen dan di 2008 rasionya 27,4 persen maka saat ini rasionya lebih kecil yakni 24,7 persen.

Kondisi perbankan  saat ini juga lebih kuat dibandingkan krisis 1998 dan 2008.  

Presiden Jokowi lantas membandingkan rasio kredit bermasalah (non performing loan / NPL gross) perbankan yang  triwulan II-2015 lalu hanya 2,6%. Ini jauh lebih rendah dibandingkan NPL tahun 2008 yang sebesar 3,8 persen apa lagi dibandingkan 1998  di mana NPL gross perbankan melejit hingga 60 persen.

Melihat berbagai indikator ekonomi makro ini, Presiden Jokowi optimistis, ekonomi Indonesia tidak akan jatuh ke tubir krisis seperti krisis 2008 dan krisis moneter 1998. (Mesti Sinaga)

baca: Ini Perbandingan Indikator Ekonomi Tahun 2015 dengan Saat Krisis 1998

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com