Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Saham Anjlok, AirAsia Bakal Cabut dari Bursa

Kompas.com - 08/10/2015, 10:19 WIB

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com — Kabar mengejutkan datang dari maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia Bhd. Perusahaan jasa penerbangan ekonomis (budget airlines) terbesar di Asia itu dikabarkan akan delisting dari bursa saham Malaysia atau Kuala Lumpur Stock Exchange (KLCE) dan menjadi perusahaan tertutup (private).

Seorang sumber Reuters yang mengetahui rencana ini, Rabu (7/10/2015), menceritakan, pendiri AirAsia, Tony Fernandes, sedang bernegosiasi dengan sejumlah bank untuk mendanai program pembelian saham publik. Aksi ini akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan.

Pembelian saham publik tersebut merupakan cara untuk memuluskan rencana go private maskapai yang bermarkas di Kuala Lumpur ini.

Sumber tersebut menambahkan, rencana delisting muncul setelah laporan dari sekuritas asal Hongkong, GMT Research, pada Juni 2015 lalu, yang mempertanyakan praktik akuntansi di AirAsia. GMT menuding, AirAsia memanfaatkan transaksi dengan perusahaan afiliasinya untuk memanipulasi pendapatan perusahaan.

Sejurus kemudian, tudingan GMT tersebut lantas meluluhlantakkan harga saham AirAsia. Investor yang ketakutan berbondong-bondong menjual saham perusahaan pemilik slogan "now everyone can fly" itu.

Adapun harga saham AirAsia kini telah terjungkal ke posisi RM 1,2 per saham, alias anjlok sekitar 60 persen sejak tudingan GMT menjadi bahasan publik. Harga ini sekaligus menjadi yang terendah sejak krisis ekonomi 2008.

Kepada Reuters, juru bicara AirAsia enggan mengklarifikasi kabar rencana delisting tersebut.

Lindung nilai

Sumber Reuters menambahkan, AirAsia memiliki masalah rumit. Pendapatan AirAsia berupa ringgit. Mata uang ini sejak awal tahun sudah tergerus 20 persen terhadap dollar AS. Di sisi lain, biaya dan utang perusahaan ini berbasis dollar. "Siapa pun investornya, dia harus berpikir tentang lindung nilai yang sudah dilakukan perusahaan," kata dia.

Total utang AirAsia per Juni 2015 mencapai 2,4 miliar dollar AS.

Sampai saat ini, Fernandes dan mitra bisnisnya, Kamarudin Meranun, mengempit 19 persen saham AirAsia. Fernandes berharap, perbaikan bisnis AirAsia segera terwujud dengan didukung penurunan harga bahan bakar. Maskapai lain bahkan memangkas jumlah rute.

Ahamad Maghfurm, analis RHB, memberikan sejumlah catatan. "Meskipun memiliki net gearing tinggi, AirAsia memiliki jumlah pesawat yang besar dan proteksi lindung nilai utang pada level yang aman," kata Ahamad. (Yuwono Triatmodjo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com