Rapat berlangsung selama kurang lebih tiga jam dan berakhir pukul 22.00 wib.
Hasilnya, Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyampaikan, sistem stabilitas keuangan dalam kondisi cukup baik.
“Sistem stabilitas keuangan dalam kondisi cukup baik di hampir semua bidang meski ada tekanan di bursa dan nilai tukar, tapi pada beberapa hari belakangan ada perbaikan signifikan,” kata Bambang dalam konferensi pers, usai rapat.
Lebih lanjut dia bilang, menyikapi masih tingginya volatilitas dan tekanan pada sistem keuangan yang diakobatkan faktor eksternal dan domestik, FKSSK sepakat untuk memperkuat koordinasi.
“Kementerian Keuangan terus mewaspadai tekanan APBN khususnya di penerimaan yang mungkin agak tertinggal. Kita upayakan tiga bulan terakhir membaik karena upaya kebijakan yang sudah dan akan dikeluarkan,” ucap Bambang.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo menuturkan, inflasi diperkirakan terjaga di bawah 4 persen hingga akhir tahun. Deflasi September yang sebesar 0,05 persen disebabkan melimpahnya pasokan bahan pangan.
Dengan demikian secara tahunan inflasinya mencapai 6,83 persen. Meski begitu, dia mengatakan, BI tetap mewaspadai risiko inflasi dalam beberapa bulan ke depan lantaran faktor niai tukar dan dampak El Nino.
Adapun keseimbangan eksternal pada kuartal II-2015 membaik, tercermin dari current account deficit (CAD) yang menurun di level 2,1 persen dari Product Domestic Bruto (PDB).
Angka ini jauh lebih baik dibanding periode sama tahun lalu yang tercata 4,3 persen dari PDB.
Agus juga mengatakan, tekanan nilai tukar pada awal Oktober 2015 seiring dengan penguatan signifikan rupiah.
Rupiah menguat sebesar 6,89 persen poin to poin, ditutup 13.717 per dollar AS per 21 Oktober 2015. Secara year to date (ytd) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah 9,7 persen.
“Sebetulnya resiko pelemahan ekonomi global terus berlanjut tercermin dari pemulihan ekonomi AS yang belum solid dan terbatasnya perkembangan ekonomi negara emerging, terutama Tiongkok. Harga komoditas juga masih menunjukkan kecenderungan menurun,” imbuh Agus.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, pada minggu pertama Oktober 2015 terjadi penguatan di pasar saham dan pasar keuangan, setelah sebelumnya melewati tren pelemahan. Hal ini seiring dengan kembali masuknya investor non-residen.
“Namun kita tetap perlu waspada, karena tentu saja berkembangan ekonomi global dan apa yang disaksikan di AS dan Eropa sangat mempengaruhi arah ekonomi global,” terang Muliaman.
Muliaman menyampaikan pertumbuhan kredit perbankan di sejak Agustus 2015 telah membaik dari tadinya 10,9 persen menjadi di atas 11 persen.
Sementara itu, anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menamnahkan, tidak ada perubahan perilaku dari depositor dalam menanamkan uangnya di Indonesia.
“Dari kacamata pergerakan dana pihak ketiga (DPK), secara umum kondisinya normal. Masyarakat masih percaya dengan kekuatan perbankan kita,” kata Halim.
Halim bilang saat ini ada Rp 4.200 triliun DPK yang ada di seluruh perbankan di Indonesia, yang ada di 149,7 juta rekening.
LPS telah menjamin 99 persen dari 149,7 juta rekening tersebut. Sedangkan dari sisi nominalnya, LPS memang baru menjamin 42 persen.
“Ada 58 persen yang karena jumlahnya besar tidak masuk penjaminan,” ucap Halim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.