Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koperasi, Soko Guru Perekonomin Indonesia yang Diabaikan

Kompas.com - 16/12/2015, 09:47 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Masihkah koperasi menjadi soko guru perekonomian nasional? Tanpa disadari, eksistensi koperasi lambat laun mulai memudar. Tidak hanya dipandang sebelah mata oleh masyarakat, namun juga oleh perbankan maupun pemerintah sendiri.

Ketua Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Daerah Kabupaten Semarang, Samsul Ridwan mengatakan, guna meraih kepercayaan masyarakat, pihaknya saat ini tengah mengejar percepatan proses sertifikasi anggota koperasi khususnya bagi para pengurus maupun manajer. Hal ini sesuai yang instruksi Kementerian Koperasi dan UKM RI.

"Tujuan sertifikasi tersebut agar ada standardisasi dalam pelayanan kepada anggota. Sehingga pengaruhnya kedepan adalah meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap koperasi tersebut," kata Samsul, Rabu (16/12/2015).  

Namun dalam upaya sertifikasi pengurus koperasi tesebut tersebut, pihaknya menemui kendala. Antara lain tingkat kesadaran tiap pengurus koperasi dan kendala pendanaan. Sebab untuk mengikuti kegiatan uji kompetensi oleh Lembaga Khusus Sertifikasi Perkoperasian membutuhkan biaya yang cukup besar.  

"Kita mempertanyakan komitmen pemerintah, katanya kopersi ini soko guru perekonomian nasional? Kami juga butuh subsidi dari Pemerintah. Terlebih dalam waktu dekat, kita bakal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," ucapnya.  

Menurut Samsul, perhatian pemerintah terhadap keberlangsungan koperasi dinilai masih timpang. Jika dibandingkan dengan lembaga perbankan, koperasi jarang tersentuh subsidi dan paket kebijakan ekonomi pemerintah.

Melihat hal itu, ujar Samsul, Dekopinda Kabupaten Semarang terus berupaya dan mendesak kepada Pemkab Semarang untuk memberikan bantuan (subsidi) dana untuk percepatan sertifikasi koperasi.

"Misal dari biaya Rp 1 juta, subsidi yang diharapkan setidaknya separuh atau Rp 500.000. Sisanya akan dipikul bersama oleh para anggota koperasi. Selama ini, sertifikasi itu bagi yang mau dan mampu saja," jelasnya.

Berdasarkan catatan Dekopinda, di Kabupaten Semarang saat ini ada 600 koperasi. Dari angka itu yang aktif tak lebih dari 150 koperasi dan 60 persen di antaranya adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Sisanya adalah koperasi produksi, konsumtif, jasa, hingga ekonomi kreatif yang ada di tingkat kecamatan hingga pedesaan.

"Meskipun banyak yang tidak aktif, koperasi tersebut bukan abal-abal, tetapi resmi, berizin di dinas setempat," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Alfamidi Blak-blakan Soal Pentertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Alfamidi Blak-blakan Soal Pentertiban Juru Parkir Liar di Minimarket

Whats New
Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM

Work Smart
J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

J&T Cargo Beri 3 Kemudahan Layanan Logistik untuk Pelaku Bisnis

Whats New
Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com