KOMPAS.com - Sejak pertama kali meluncurkan jasa pengiriman uang (remitansi) pada 1995 di Indonesia, Western Union, hingga kini, tetap menganggap Indonesia adalah negara penting. Wakil Presiden Senior Western Union untuk Asia Tenggara dan Oseania Patricia Riingen mengatakan hal tersebut di Jakarta pada Kamis (14/1/2016).
Indonesia adalah satu dari sepuluh negara penerima remitansi terbesar di dunia. Penyumbang utama pada bisnis tersebut adalah jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang besar.
Data termutakhir dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menunjukkan remitansi TKI pada 2015 mengalami kenaikan sebesar 15,5 persen atau sekitar 485.822.014,29 dollar AS bila dibandingkan dengan 2014. (Baca: Hingga April 2015, Remitansi TKI Naik 15,5 Persen) Kemudian, pada 2014 hingga April setahun lalu, data remitansi hanya sebesar 2.633.637.627,71 dollar AS.
Selanjutnya, Presiden Direktur Western Union Indonesia & Direktur Regional untuk Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam Vijay Raj Poduval dalam kesempatan yang sama mengatakan tantangan bagi Western Union Indonesia adalah mengembangkan teknologi yang memudahkan para TKI memaksimalisasikan remitansi tersebut. "Kami tetap berkomitmen memberdayakan para TKI," kata Vijay Raj Poduval.
Sementara itu, melalui Western Union Foundation yang didirikan sejak 2000, Western Union melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pada 2005, Western Union Foundation mendukung kegiatan revitalisasi di daerah terdampak tsunami.
Selanjutnya, antara 2006 dan 2009, lembaga itu bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk Gerakan Internasional Palang Merah dan PBB mendukung beberapa kegiatan yang berfokus pada program pemulihan bencana bagi korban gempa bumi, seperti di Aceh.
Pada 2013, lembaga tersebut memberikan bantuan pengembangan pendidikan bagi para petani buah di Timor Barat. Pada tahun yang sama, ada juga kegiatan pengembangan kemampuan bagi para mahasiswa baru di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta (UNJ).