Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penting, Peningkatan Populasi Sapi Lokal

Kompas.com - 06/02/2016, 19:58 WIB


KOMPAS.com -
Peningkatan populasi sapi lokal menjadi salah satu hal penting untuk mengurai kusut-masainya masalah harga daging sapi yang cenderung tak hendak turun. Di masyarakat, harga daging sapi masih bertengger di kisaran Rp 130.000 per kilogram. Harga yang terbilang mahal.

Pemerintah memang tidak tinggal diam. Pada semester II 2015 lalu, demi memotong lamanya jalur distribusi yang berpengaruh pada harga daging sapi, pemerintah meluncurkan kapal khusus ternak Camara Nusantara 1. Kapal itu membawa sapi dari sentra di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sebagai wilayah yang tingkat konsumsi daging sapinya tertinggi di Tanah Air. Kendati demikian, kebijakan itu masih belum mampu menurunkan harga daging sapi.  

Terkait hal itu, Direktur Utama PT Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati memunyai catatan ihwal populasi sapi lokal. Dalam hematnya, meski alat angkutnya cukup memadai, kemampuan penyediaan sapi lokal yang kalah melawan tingkat konsumsi membuat harga daging sapi bergeming di tempat tinggi.

Pada diskusi publik bertema Bincang-Bincang Agribisnis di Gedung Joang 45, Jakarta Pusat, Kamis (4/2/2016) lalu, Marina Ratna berpandangan penerapan kapal ternak KM Camara Nusantara 1 harus dibarengi dengan penyediaan populasi yang cukup. Menurutnya, saat ini populasi sapi lokal terbilang rendah untuk menopang kebutuhan nasional khususnya Jabodetabek. “Jakarta membutuhkan 650-750 ekor sapi dipotong per hari, kami hanya mendapatkan dua kali sebulan, bagaimana bisa menutupi kebutuhan,” ujar dia.

Untuk itu, lanjut dia, demi memenuhi kebutuhan daging masyarakat yang terus bertambah setiap tahunnya, pemerintah diminta cepat tanggap untuk membangkitkan populasi sapi lokal. Pasalnya, dengan upaya itu, jumlah populasi lokal bakal kembali meningkat.

Dua program

Catatan dari laman kementan.go.id menunjukkan, pada 2016, Kementerian Pertanian membesut dua program. Pertama, pembangunan 50 Sentra Peternakan Rakyat (SPR) di seluruh Indonesia. Kedua, kementerian juga merealisasikan pengadaan 50.000 ekor sapi indukan.

Pada laman itu tercatat juga dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar Rp 2,3 triliun untuk program SPR. Lalu, untuk pengadaan sapi indukan, dananya mencapai Rp 1,5 triliun.

Program SPR juga membuat sapi-sapi lokal terpusat di satu lokasi, tidak terpisah-pisah, sehingga pengadaan sapi lokal lebih mudah. Selama ini, sapi lokal berada dalam lokasi yang tersebar karena dimiliki oleh banyak sekali peternak kecil yang tempat tinggalnya tersebar sehingga mempersulit pengadaan.

Lalu, SPR akan dibangun di 50 kabupaten pada 17 provinsi di seluruh Indonesia. Ongkos pembangunan tiap SPR kurang lebih Rp 1,2 miliar. Setiap SPR akan diisi oleh seribu ekor sapi indukan milik para peternak rakyat. Jumlah ini masih ditambah dari pengadaan sapi indukan impor yang dilakukan pemerintah.

Catatan terkini Kementan menunjukkan populasi sapi di Indonesia saat ini hanya sekitar 12,36 juta ekor. Angka ini menyusut lebih dari 3 juta ekor dalam tiga tahun.

Pada 2012 populasi sapi di Indonesia masih 15,98 juta ekor.‎ Itulah alasannya mengapa Indonesia membutuhkan banyak sekali sapi indukan demi meningkatkan populasi sapi dan mencapai swasembada daging sapi.

ADHIS SISWANTO/KOMPAS.COM Sekitar 1000 sapi indukan dari Australia ini siap dikembangbiakkan untuk menghasilkan sapi bergenetik wagyu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

Whats New
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Adaro Energy Bakal Tebar Dividen Final Rp 6,4 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com