Pada awal-awal publikasi Panama Papers, semua media Barat menjadikan wajah Presiden Rusia Vladimir Putin di halaman depan mereka. Beberapa media mengkritik, nama Putin tak pernah disebut dalam dokumen tersebut, tetapi media-media Barat sejak awal telah bersepakat untuk terus memojokkan Putin.
Di Indonesia, badai Panama Papers belum benar-benar dimulai karena Tempo belum merilis semua nama yang terlibat dalam Panama Papers. Tempo adalah anggota jaringan ICIJ yang dipercaya mengulik data Panama Papers untuk nama-nama Indonesia.
Dalam publikasi awal Tempo, disebutkan ada sekitar 899 nama Indonesia (baik perseorangan maupun perusahaan) yang ada di dalam Dokumen Panama.
Indonesia baru dihebohkan dengan bocoran 2.961 nama orang Indonesia yang berasal dari dokumen Offshore Leaks yang sudah terlebih dulu dipublikasikan pada 2013. Data itu ternyata bukan berasal dari Panama Papers.
Dalam publikasi awal itu, Tempo menjelaskan, Dokumen Panama bocor dari kantor firma hukum Mossack Fonseca di Panama, sedangkan data Offshore Leaks berasal dari firma Portcullis TrustNet di Singapura dan Commonwealth Trust Ltd di British Virgin Island.
Kita akan melihat, apakah nantinya Dokumen Panama akan jadi "badai" di Indonesia, ataukah hanya "hujan rintik-rintik".
Nada optimistis vs pesimistis
Banyak yang optimistis, Dokumen Panama ini akan mampu mengungkap berbagai bentuk kebobrokan politisi dan figur publik yang korup dan menyembunyikan dananya di luar negeri.
Namun, ada pula yang pesimistis dengan mengatakan tak banyak yang sebenarnya bisa kita harapkan dari Panama Papers.
Selain dokumen itu hanya berisi daftar nama orang, yang tak bisa langsung dikaitkan dengan praktik ilegal, juga karena ada tuduhan miring bahwa dokumen ini tujuan utamanya untuk membidik pemimpin Rusia dan China. Negara-negara lain hanya dianggap sebagai pelengkap penderita.
Misalnya, simak pandangan Craig Murray dalam tulisannya Corporate Media Gatekeepers Protect Western 1% From Panama Leak.
Terlepas ada suara minor, melihat rekam jejak firma Mossack Fonseca, persepsi publik yang sejak awal curiga kepada nama-nama yang masuk dalam Panama Papers itu bisa dimaklumi.
Namun, tetap pantas bagi kita untuk tetap memberi peluang kepada nama-nama yang masuk di dalam dokumen itu untuk memberi klarifikasi.
Perlu digarisbawahi, tak semua nama yang disebut dalam data itu terlibat praktik kotor dalam pengelolaan aset dan keuangan. Memiliki perusahaan penghubung di luar negeri atau memiliki aset di luar negeri tak selamanya identik dengan praktik ilegal.
Tonggak "perang" data