Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia dan Negara-negara di Dunia Masuki Fase Pelemahan Daya Beli

Kompas.com - 21/06/2016, 21:19 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Firmanzah menyebutkan, Indonesia dan negara-negara di dunia akan memasuki fase kedua dari dampak pelemahan harga komoditas, yaitu pelemahan daya beli masyarakat, pada semester kedua tahun ini.

Firmanzah mengatakan, setelah berakhirnya booming harga komoditas 2003-2011, harga komoditas saat ini memasuki siklus harga rendah.

Pada 2011-2014 harga komoditas cenderung flat dan banyak perusahaan tambang mineral maupun migas yang mulai merugi.

Kondisi ini diperburuk dengan perekonomian China yang masih terus melemah, di mana diketahui negeri tirai bambu itu merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia.

Pelemahan Tiongkok menyebabkan penurunan permintaan komoditas mineral dan migas.

"Pertanyaannya sekarang, apakah era krisis komoditas sudah berakhir? Beberapa studi menunjukkan sebenarnya kita sedang masuk fase kedua dampak pelemahan harga komoditas, yaitu persoalan melemahnya daya beli masyarakat," ucap rektor Universitas Paramadina itu dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (21/6/2016).

Firmanzah mengatakan, pelemahan daya beli masyarakat akan dirasakan awal semester kedua di seluruh dunia.

Tak hanya Indonesia, pelemahan daya beli masyarakat diperkirakan juga terjadi sejumlah negara seperti di China, Australia, dan Brazil.

Persoalannya, kata dia, konsumsi domestik Indonesia menyumbang 54 persen hingga 56 persen Produk Domestik Bruto (PDB).

Kontribusi konsumsi rumah tangga jauh di atas andil belanja pemerintah yang sebesar sembilan hingga 10 persen, dan juga investasi yang sebesar 31 persen hingga 32 persen.

"Jadi ekonomi kita memang ditopang oleh konsumsi domestik yang mulai semester kedua ini dikhawatirkan melemah akibat dari lemahnya harga komoditas dunia," imbuh Firmanzah.

Dia menambahkan, kalau persoalan pelemahan daya beli masyarakat ini tidak ditangani serius, maka hanya akan menjadi lingkaran setan yang tidak berujung.

Pelemahan daya beli akan membuat dunia usaha tidak mau melakukan ekspansi usaha.

Apabila tidak ada ekspansi usaha, maka tidak akan terjadi penyerapan angkaran kerja.

"Tidak terserapnya angkatan kerja, sementara jumlah penduduk terus bertambah akan menyebabkan pengangguran naik. Dampaknya ke kemiskinan. Kalau kemiskinan naik, maka dampak turunannya kembali lagi (daya beli rendah)," kata dia.

"Pemerintah harus lebih hati-hati dan fokus kembali untuk melihat persoalan riil kita di mana. Saya melihatnya ada di pelemahan daya beli masyarakat," pungkas Firmanzah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

RUPST, Emiten Boy Thohir ADRO Angkat Direktur Baru

Whats New
Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Whats New
Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Sri Mulyani Sebut Sedang Siapkan Anggaran Pemerintah Prabowo-Gibran

Whats New
Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Nilai Ekspor Indonesia Naik Jadi 19,62 Miliar pada April 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com