Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/08/2016, 12:48 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Survei yang digelar PwC Indonesia terkait industri migas mendapati setidaknya ada lima tantangan terkait investasi ke sektor ini. Pertama, keabsahan kontrak dan kepastian seputar perpanjangan kontrak bagi hasil.

Kedua, kurangnya kebijakan dan visi yang konsisten antar lembaga pemerintah. Ketiga, penerbitan peraturan mengenai perpajakan atau penggantian biaya (cost recovery) yang berdampak pada ketentuan kontrak bagi hasil.

Keempat, ketidakpastian seputar cost recovery dan audit pemerintah. Terakhir, ketiadaan otoritas tunggal yang dapat menyelesaikan sengketa secara obyektif di berbagai departemen dan lembaga.

Menurut Winzenried, para responden survei meyakini bahwa fokus pada aspek-aspek ini akan meningkatkan daya tarik iklim investasi Indonesia untuk migas secara signifikan, konsisten dengan peluang geologis Indonesia yang kuat.

Peserta survei, lanjut Winzenried, juga optimistis terhadap potensi peningkatan daya saing Indonesia, sejalan dengan investasi besar di sektor infrastruktur yang dipicu oleh kebijakan pemerintah saat ini.

Di luar hasil survei tersebut, SKK Migas melihat pula perlunya peran aktif masyarakat untuk turut menciptakan iklim yang ramah investasi.

Jangan sampai pula investor sudah datang tetapi masih terkendala problem sosial di lapangan untuk pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi migas.

Tantangan sektor migas tak hanya berupa angka produksi dan cadangan yang menipis, tetapi juga dari harga migas dunia dan fluktuasi nilai tukar mata uang (kurs).

Sekalipun harga migas dunia sedang dalam tren turun, kurs rupiah yang belum cukup kuat dibandingkan mata uang asing menjadikan impor bukan solusi bagi kebutuhan energi di dalam negeri.

Meski demikian, kata Winzenried, kondisi tersebut juga dapat menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk memperbaiki kebijakan investasi migas. Ujungnya, menarik alokasi dana investasi untuk eksplorasi dan pengembangan di Indonesia.

Kabar baiknya, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi pada peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, Rabu (17/8/2016), menyebutkan angka produksi minyak Indonesia menunjukkan kenaikan.

“Untuk pertama kali sejak 2008, produksi minyak rata-rata harian naik dari 786.000 BPOD pada 2015 menjadi 834.000 BOPD per Juli 2016. Naik 6,2 persen,” sebut Amien.

Menurut Amien, minat investasi juga masih mengalir ke sektor migas. Antara lain, sebut dia, terlihat dari komitmen investasi untuk pengembangan Train 3 di Kilang LNG Tangguh, Papua Barat.

“Nilai investasinya mencapai 8 miliar dollar AS,” sebut Amien.

Dari awal tahun sampai Juli 2016, lanjut Amien, juga terdapat 21 Plan of Development (POD) dan Plan of Further Development (PoFD) yang telah disetujui.

Apabila seluruh POD/POFD dapat direalisasikan sesuai rencana, cadangan migas Indonesia diharapkan bertambah 171 juta barrel oil equivalent (BOE).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com