Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufik Gumulya, CFP
CEO TGRM Perencana Keuangan

CEO TGRM Perencana Keuangan

Pembangunan Infrastruktur Tidak Harus dengan Modal Asing

Kompas.com - 26/08/2016, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Apalagi saham yang dijual merupakan saham infrastruktur yang memiliki fundamental yang bagus sehingga sangat berpotensi menghasilkan uang secara jangka panjang karena proyek ini harus menguntungkan baik secara bisnis maupun ekonomi. Seperti proyek jalan tol atau perluasan bandara, misalnya.

•    Contoh Kasus (Kereta Cepat Jakarta Bandung)

Sebagai pelengkap maka penulis mengambil contoh proyek yang sedang berjalan. Dalam hal pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung sejauh 150 km biaya yang dibutuhkan adalah sekitar 5,5 miliar dollar AS, jika dikonversikan kedalam Rupiah adalah sebesar Rp 171,5 triliun (kurs 1 dollar AS setara Rp 13.000). Berikut adalah komposisi dana saat ini:

1.    Sebanyak 75 persen (Rp 53.625.000.000.000) dana diperoleh dari China Development Bank/CDB, rincian:
a.    63 persen (Rp 33.783.750.000.000) dalam mata uang USD, bunga 2,0 persen per tahun, tenor 40 tahun, grace periode 10 thn.
b.    37 persen (Rp 19.841.250.000.000) dalam mata uang RMN, bunga 3,46 persen per tahun, tenor 50 tahun, grace periode 10 tahun

2.    Porsi dana 25 persen (Rp 17.875.000.000.000) didapat Konsorsium BUMN dengan China Railway, rincian:
a.    15 persen (Rp 10.725.000.000.000) disiapkan oleh Konsorsium BUMN;
b.    10 persen (Rp 7.150.000.000.000) disiapkan oleh China Railway.

Jika pembangunan kereta tersebut melibatkan partisipasi aktif dari rakyat Indonesia maka komposisi adalah:

3.    Nilai proyek Rp 71.500.000.000.000 dibagi dengan jumlah investor (tenaga kerja usia produktif) sebanyak 65.000.000 jiwa, maka setiap investor akan menyetor sebesar Rp 1.100.000 (satu juta seratus ribu rupiah), sebuah angka yang sangat masuk akal bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia.

Keuntungan lain dengan melibatkan partisipasi rakyat Indonesia adalah:
a.    Efisiensi biaya upah tenaga kerja yang tentunya lebih murah jika dibanding dengan upah tenaga kerja impor;
b.    Menghemat biaya pembayaran bunga dan pokok utang secara jangka panjang karena dalam tenor utang selama 40 tahun tentu ada risiko depresiasi Rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika (USD) maupun dengan Reminbi China (RMB);
c.    Memberi dampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja lokal dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi, dan lainnya.

Demikian pembaca Kompas yang bijaksana, paparan yang disampaikan penulis hanya bersifat masukan pasif tanpa memiliki tendensi negatif apapun. Harapan untuk proyek infrastruktur yang mendatang pemerintah segera melibatkan peran rakyat Indonesia dan meminimalisir utang dari luar negeri.

Merdeka!.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com