Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pardi Kendy

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan Channels Director UOB Indonesia

Tingkatkan Daya Saing Perbankan Melalui "Fintech"

Kompas.com - 23/12/2016, 15:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Dalam dua dekade terakhir, industri keuangan di Indonesia mengalami pergeseran yang disebabkan lahirnya sebuah format layanan baru yang merupakan penggabungan antara ekonomi dan teknologi (fintech), dan menghasilkan berbagai solusi yang lebih memudahkan kehidupan konsumen.

Perubahan gaya hidup dan affordable technology menjadi kunci utama perkembangan fintech yang sangat pesat di Indonesia ini. Hal ini pun membuka kesempatan bagi bank untuk menawarkan solusi keuangan yang lebih inovatif, lincah dan mobile sesuai dengan kebutuhan nasabah saat ini.

Perkembangan perusahaan fintech di pasar Indonesia tak terbendung lagi. Asosiasi FinTech Indonesia mencatat loncatan pertumbuhan dari 6 persen di tahun 2011-2012, menjadi 9 persen di tahun 2013-2014, kemudian melambung menjadi 78 persen antara tahun 2015-2016. Angka ini pun diprediksi terus bertambah sejalan dengan masih besarnya potensi pasar Indonesia.

Menjawab Tantangan Layanan Keuangan bagi Seluruh Lapisan Masyarakat

Data McKinsey and Company menunjukkan bahwa setiap tahunnya lebih dari 5 juta orang Indonesia masuk ke dalam kelas dengan pendapatan di atas 3.600 dollar AS per tahun. Angkanya diperkirakan akan mencapai 135 juta orang pada tahun 2030.

Namun demikian, World Bank memprediksi hampir 80 persen masyarakat Indonesia belum memiliki akses terhadap perbankan.

Mirisnya, bukan hanya mereka yang berada di wilayah rural saja yang belum memiliki akses terhadap perbankan, tetapi juga mereka yang berada di wilayah urban. Tabel di atas memperlihatkan bahwa rata-rata penetrasi produk keuangan Indonesia masih berada di bawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand - dimana angkanya hanya mencapai rata-rata 2.16 produk per nasabah.

Secara umum, tantangan yang dihadapi perbankan untuk berkembang adalah biaya akuisisi dan layanan nasabah yang cukup besar. Hal ini termasuk jumlah kantor cabang yang perlu menjangkau berbagai lapisan masyarakat yang tersebar di wilayah-wilayah geografis yang berbeda.

Kehadiran fintech berpotensi menjadi salah satu solusi bagi tantangan tadi, dan lebih jauh membantu perbankan menciptakan nilai tambah dan meningkatkan daya saing melalui customer value propositions yang lebih solid, responsif, serta tingkat engagement nasabah yang lebih tinggi.

Start-Up Fintech : Mitra Baru Perbankan

Bank saat ini berada di tengah-tengah transformasi digital, mencari cara untuk mempercepat waktu mereka ke pasar dan untuk memberikan nilai atau jasa baru kepada nasabahnya. Riset McKinsey and Company menyatakan bahwa institusi perbankan di wilayah ASEAN yang berhasil menunjukkan peningkatan pangsa pasar adalah mereka yang melakukan investasi dalam teknologi digital.

Riset yang sama bahkan menyatakan proposi penggunaan layanan perbankan digital di Indonesia sendiri tumbuh tujuh kali lipat dari 4 persen di tahun 2011 menjadi 33 persen di tahun 2014. Pertumbuhan penggunaan smartphone diprediksi menjadi faktor yang mendorong pesatnya penggunaan layanan mobile banking di Indonesia.

Untuk itu, perbankan memandang kehadiran start-up fintech sebagai angin segar yang dapat membantu pertumbuhan perbankan itu sendiri.

Beberapa contoh layanan fintech yang bermanfaat besar bagi industri perbankan di Indonesia antara lain adalah data analytic yang dapat menganalisa kebiasaan dan kebutuhan nasabah sehingga dapat diciptakan produk dan layanan yang lebih tepat guna; customized online services yang mampu melayani nasabah secara online tepat sesuai kebutuhannya; cost saving services yang dapat meningkatkan efisiensi kegiatan pemasaran bank dan ketepatan sasarannya.

Hingga hari ini, pendekatan fintech yang umumnya telah diintegrasikan dalam kegiatan perbankan adalah peer to peer lending and payment, block chain untuk trade finance, serta tentunya online acquisition and servicing.

Halaman Berikutnya
Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com