JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan akan tetap mencadangkan provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) pada tahun 2017. Provisi ini ditujukan sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi kemungkinan risiko kredit.
Wakil Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, pada tahun 2016 BRI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 25,8 triliun. Capaian laba bersih tersebut meningkat dibandingkan dengan Rp 25,2 triliun pada periode yang sama tahun 2015.
Sunarso menuturkan, salah satu faktor pendorong perseroan tetap dapat mencatatkan kinerja positif meski masih dalam kisaran pertumbuhan satu digit adalah menaikkan provisi untuk mengantisipasi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Pada tahun 2016, CKPN BRI mencapai rasio 170,34 persen. Angka CKPN tersebut lebih tinggi dibandingkan CKPN pada tahun 2015 yang mencapai 151,15 persen.
Menurut Sunarso, keputusan untuk menaikkan CKPN adalah agar bisnis perseroan tetap memperoleh laba namun dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.
"Bank ini dikelola tetap profitable tapi mencari profit (laba) dengan cara tetap prudent (mempertimbangkan prinsip kehati-hatian)," jelas Sunarso dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Sunarso mengungkapkan, pada tahun 2017 ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit mencapai 12 hingga 14 persen. Sementara itu, laba bersih ditargetkan tetap tumbuh positif, meski hanya mengalami pertumbuhan sekira 3 hingga 5 persen.
Menurut dia, target tersebut membutuhkan pengelolaan bisnis yang baik. Namun demikian, prinsip kehati-hatian perlu tetap diperhatikan pula, sehingga perseroan masih akan mencadangkan CKPN guna mengantisipasi risiko kredit.
"Tahun ini kita harapkan ekonomi membaik, tapi tidak bisa berharap terlalu muluk. Kami optimis kebijakan yang diluncurkan pemerintah mudah-mudahan efektivitasnya bisa dirasakan," tutur Sunarso.
Sekadar informasi, pertumbuhan kredit BRI mencapai Rp 635,3 triliun pada tahun 2016. Angka ini tumbuh 13,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 yang mencapai Rp 558,4 triliun.
Rasio kredit bermasalah perseroan secara gross mencapai 2,03 persen pada tahun 2016. Sementara itu, NPL netto berada pada posisi 1 persen, turun tipis dibandingkan 1,2 persen pada periode yang sama tahun 2015.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.