Shale oil merupakan minyak yang terkandung dalam sejenis bebatuan lunak, banyak ditemukan di AS. Minyak dalam bebatuan ini diekstrak dengan proses pemanasan yang tidak rumit dan tidak mahal.
Meningkatnya konsumsi shale oil di AS dan Eropa tentu saja akan mengurangi ekspor minyak Saudi ke kawasan tersebut. Padahal AS dan Eropa merupakan pangsa terbesar dari ekspor minyak negara yang berdiri pada 1932 itu. Kondisi ini akan memaksa Saudi untuk mencari negara-negara lain sebagai tujuan ekspor minyaknya.
Permintaan minyak fosil pun makin tertekan oleh meningkatnya penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) di tiap negara. Kian menipisnya cadangan minyak dan meningkatnya kesadaran penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan membuat tiap-tiap negara kini berlomba mengembangkan energi panas bumi, tenaga surya, tenaga angin, arus air, dan proses biologi.
Di tengah himpitan ekonomi itulah Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz beserta rombongannya yang mencapai 1.500 orang berkunjung ke Indonesia dan tiga negara Asia lainnya yakni Malaysia, Jepang, dan China.
Indonesia
Pemerintah Indonesia menggelar karpet merah untuk kedatangan rombongan sang Raja termasuk 10 menteri dan 25 pangeran.
Petugas Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta dan Bandara Ngurah Rai Bali ditambah untuk melayani kedatangan 7 pesawat rombongan yang terdiri dari dua Boeing 777 serta masing-masing satu Boeing 757, Boeing 747 SP, Boeing 747-400, Boeing 747-300, dan pesawat Hercules.
Raja Salman dijadwalkan melakukan pembicaraan bilateral dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada 1 Maret, kemudian melanjutkan kunjungan ke sejumlah tempat. Adapun pada 4-9 Maret Raja Salman dan rombongan akan berlibur di Bali.
Kita semua berharap, kerajaan dari Timur Tengah itu akan membanjiri Indonesia dengan modal dan uang. Kita berharap, mereka akan berinvestasi besar-besaran di berbagai sektor usaha seperti migas, industri, dan pariwisata.
Kita makin yakin karena Raja Salman datang dengan segala kemewahannya. Raja ketujuh Arab Saudi itu membawa sendiri motorized atau eskalator khusus penumpang pesawat, juga dua mobil mewah Mercy tipe S600.
Namun, benarkah mereka datang untuk membantu Indonesia dengan berbagai investasinya? Tampaknya tidak persis seperti itu. Mereka datang ke Indonesia dan sejumlah negara Asia lainnya justru ingin mendapatkan bantuan dari Indonesia mengingat perekonomian mereka sedang terimpit. Mereka justru membutuhkan dana segar untuk mengurangi defisit anggaran yang makin membengkak.
Fakta menunjukkan, minat investasi Arab Saudi ke Indonesia sangat rendah. Bahkan mereka tidak menambah investasinya ke Indonesia saat penerimaannya melonjak berkat melambungnya harga minyak. Apalagi saat ini, tatkala keuangan mereka terlilit utang.
Berdasarkan data BKPM, investasi Saudi sepanjang 2016 hanya 900.000 dollar AS atau Rp 11,7 miliar pada kurs Rp 13.000 per dollar AS. Bandingkan dengan investasi Singapura di Indonesia yang mencapai 9,18 miliar dollar AS atau setara Rp 119,3 triliun. Dari daftar investor terbesar di Indonesia, Arab saudi ada di peringkat 57.
Bahkan, investasi Saudi masih kalah dibandingkan negara-negara Arab lainnya seperti Uni Emirat Arab, Iran, Irak, Kuwait, dan Yordania.