Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Februari 2017, Inflasi Mencapai 0,23 Persen

Kompas.com - 01/03/2017, 12:00 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, data indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi sepanjang Januari 2017 sebesar 0,23 persen, lebih kecil dibandingkan bulan lalu yang mencapai 0,97 persen.

Adapun secara tahunan, inflasi Februari 2017 juga lebih besar dari periode yang sama tahun lalu yang justru mengalami deflasi 0,09 persen.

"Sebanyak 62 kota mengalami inflasi, 20 kota mengalami deflasi," kata Kepala BPS Suharyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (1/3/2017).

Menurut BPS, inflasi Februari 2017 didorong oleh harga yang diatur oleh pemerintah (administered prices). Terutama kenaikkan harga di sektor perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang memilik andil 0,17 persen kepada inflasi.

Penyumbang terbesarnya yaitu kenaikan penyesuaian subsidi listrik pengguna daya 900 VA yang menggunakan pasca bayar, yakni sebesar 0,11 persen terhadap inflasi Februari 2017.

Sektor lain yang ikut mengerek inflasi Februari yaitu kenaikan pengeluaran di sektor makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Sumbangan sektor ini kepada inflasi mencapai 0,07 persen, terutama kenaikan pengeluaran harga rokok.

Adapun pengeluaran transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang 0,03 persen kepada inflasi. Penyumbang terbesarnya yakni harga pulsa.

Sementara itu, pengeluaran dari bahan makanan justru mengalami deflasi 0,09 persen. Meski begitu, ada sejumlah bahan makanan yang juga mengalami kenaikan misalnya harga cabai.

"Kami harapkan inflasi 2017 bisa tetap terjaga seperti tahun lalu," kata Suharyanto.

Kompas TV Meski harga berbagai kebutuhan seperti cabai masih cukup tinggi di awal tahun, tapi Bank Indonesia optimistis inflasi tahun ini hanya akan ada di kisaran 4 persen. Bank Indonesia justru mewaspadai berbagai kebijakan harga seperti kenaikan tarif dasar listrik hingga ongkos pengurusan STNK. Untuk kompensasinya, pemerintah sepakat menjaga harga pangan yang masuk dalam golongan pangan bergejolak seperti cabai dan bawang. Dari kelompok ini diharapkan persentasenya tidak lebih dari lima persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com