Mata uang Euro ini yang pada gilirannya akan berimplikasi luas terhadap konstelasi dan keseimbangan mata uang dunia. Termasuk di dalamnya adalah nasib rupiah.
Artinya, kemenangan PM Mark Rutte di Belanda adalah berita baik untuk mata uang emerging market, termasuk rupiah.
(Baca: Pasca Kenaikan Suku Bunga Acuan AS)
Fakfor Dalam Negeri
Setelah melihat berbagai kabar baik dari mancanegara, Tito menuturkan ada juga faktor-faktor dari dalam negeri yang mendorong IHSG tembus rekor tertinggi 2017.
Pertama, hasil laporan keuangan 74 perusahaan terbuka yang sudah masuk ke otoritas bursa menunjukkan peningkatan 'comprehensive income' rata-rata 29 persen. Bahkan kata Tito, laporan dari emiten perbankan menunjukkan pertumbuhan yang bagus.
"Semua yang perbankan, growth-nya bagus. Bahkan Mandiri, BRI, mencapai aset di atas Rp 1.000 triliun," kata Tito.
Kedua, produk baru BEI seperti relaksasi margin akan segera berjalan. Ketiga, pasar juga mendengar kabar bahwa akan ada 14 perusahaan yang akan melantai di BEI tahun ini, ditambah lagi sembilan perusahaan yang merupakan anak-cucu Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Jadi, semuanya 'good news'. Ditambah, mereka dengar S&P akan memberikan peringkat triple B, (makanya dana) asing masuk," ujar Tito.
Sembilan anak-cucu usaha BUMN, berdasarkan penuturan pejabat Kementerian BUMN, memang tengah disiapkan untuk bisa melangsungkan penawaran saham perdana publik atau IPO (Initial Public Offering) pada tahun ini.
Dua perusahaan lagi rencananya akan menyusul IPO pada 2018 mendatang. Anak-cucu usaha BUMN yang bakal IPO tahun ini rencananya dari PT Wijaya Karya Tbk, PT PP Tbk, PT Pertamina, PT Pelindo I, PT Garuda Indonesia Tbk, serta PT PLN (1 perusahaan).
Perolehan dana IPO diharapkan mencapai Rp 21 triliun. Sejumlah kabar baik itu membuat asing banyak melakukan aksi beli bersih.
Catatan Tito, net buy asing pada Kamis (16/3/2017) sekitar Rp 1,84 triliun, dan pada Jumat net buy asing sebesar Rp 2,48 triliun.
"Jadi sejak awal tahun, total net buy sudah Rp 4,28 triliun," imbuhnya.
Yang menarik, sambung Tito, investor asing tersebut masuk ke barang-barang yang harganya tinggi, yaitu saham-saham di lapis pertama, dan banyak berada di indeks LQ45.
Menurut Tito, kalau investor masuk di lapis pertama, biasanya dana yang mereka tanamkan tahan lama.
(Baca: Pecah Rekor, Kapitalisasi Pasar BEI Tembus Rp 6.000 Triliun)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.